Malang, SERU.co.id – Enam santri asal Kedungkandang menjadi korban ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. Camat Kedungkandang membenarkan hal tersebut dan mengungkap kondisi para santri pasca kejadian.
Camat Kedungkandang, Fahmi Fauzan membenarkan, sejumlah santri dari Ponpes Al Khoziny Sidoarjo merupakan warganya. Fahmi mengakui, telah mendapatkan informasi tersebut pada, Rabu (1/10/2025) lalu.
“Korban berasal dari dua kelurahan di Kecamatan Kedungkandang. Rinciannya, empat santri dari Kelurahan Kedungkandang dan dua santri dari Kelurahan Lesanpuro,” seru Fahmi, saat dihubungi awak media, Jumat (3/10/2025).
Fahmi menjelaskan, keempat santri dari Kelurahan Kedungkandang selamat tanpa mengalami luka-luka. Sedangkan dua santri dari Kelurahan Lesanpuro mengalami luka ringan.
“Alhamdulillah, mereka selamat. Kami berharap kondisi korban tidak memburuk pasca kejadian,” ungkapnya.
Ia berharap, situasi pasca ambruknya bangunan tersebut bisa segera tertangani. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar.
“InsyaAllah, mereka segera bisa melanjutkan kembali pendidikan di pondok. Ponpes memiliki peran penting dalam membangun karakter bangsa,” ujarnya.
Fahmi mengatakan, dirinya akan terus menggali dan memantau perkembangan informasi terbaru. Ia juga belum mengetahui sudah berapa lama warganya menimba ilmu di pondok pesantren tersebut.
“Kami belum sampai detail ya. Mulai kapan, kelas berapa, sudah berapa tahun mondok, belum memiliki informasi tersebut,” jelasnya.
Sebagai informasi, bangunan tiga lantai di Ponpes Putra Al Khoziny runtuh saat ratusan santri sedang menjalankan salat Ashar berjamaah di lantai dua yang difungsikan sebagai musala. Tragedi yang terjadi pada, Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.35 WIB itu menyebabkan banyak santri tertimbun reruntuhan.
Diketahui, gedung yang runtuh sedang dalam proses renovasi selama hampir sembilan bulan. Evakuasi masih berlangsung hingga saat ini, proses evakuasi masih berlanjut dan tujuh korban dinyatakan meninggal dunia. (bas/rhd)