*)Oleh: Luthfi Syarifuddin, S. Akun
Staf Administrasi SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren
Perkembangan dunia saat ini sedang bergerak dengan cepat menuju era Revolusi Industri 5.0. Hal ini diatandai dengan berkembangnya kecerdasan buatan atau Artificial Inteligence (AI) yang telah menjadi bagian dari hampir setiap aspek kehidupan manusia. Mulai dari kesehatan, bisnis pendidikan hingga keagamaan. Semua hal ini disentuh oleh teknologi cerdas yang bisa berpikir dan meniru layaknya manusia. Di tengah perkembangan yang pesat ini, Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia sedang menghadapi tantangan baru yaitu Bagaimana bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi tanpa harus kehilangan nilai-nilai keislaman dan tradisi ilmu yang selama ini telah dipertahankan.
AI dalam Perspektif Pendidikan Islam
Perkembangan teknologi berupa kecerdasan buatan atau yang biasa disebut dengan artificial intelligence (AI) telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya pada bidang pendidikan. Dalam konteks pendidikan Islam, kehadiran AI memunculkan peluang baru sekaligus tantangan yang perlu disikapi dengan bijaksana. AI di zaman saat ini tidak hanya sekedar alat bantu, tetapi juga menjadi sahabat baru bagi santri dalam proses pembelajaran.
Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan merupakan sebuah anugerah dari Allah SWT yang harus dimanfaatkan untuk kemasalahan semua umat. Firman Allah dalam QS. Al-A’laq ayat 1-5 menegaskan pentingnya membaca, belajar, dan mengembangkan pengetahuan. Oleh karena itu, pemanfaatan AI dapat dipandang sebagai bagian dari ikhtiar manusia dalam mengoptimalkan kemampuan yang telah dikaruniakan Allah SWT.
Pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan spiritualitas. Dengan hadirnya AI dalam dunia pendidikan Islam, mampu membantu proses pembelajaran lebih efektif dan menarik bagi santri maupun pengajar. Namun, penggunaan AI tidak boleh mengesampingkan nilai-nilai akhlak, adab, dan tanggung jawab moral. Oleh karena itu, dalam implementasinya AI harus diintegrasikan dengan prinsip ta’dib agar siswa tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga secara cerdas secara moral.
Penggunaan AI dalam pendidikan Islam di era digital ini harus digunakan secara seimbang, sehingga AI dapat menjadi sahabat baru yang membawa manfaat besar. AI menjadi sahabat baru dalam dunia pendidikan bukan berarti dapat menggantikan peran ustad sebagai seorang pendidik, melainkan hanya sebagai alat pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran. Karena teknologi hanyalah alat, sedangkan manusia tetap sebagai pemegang kendali dalam menentukan arah dan tujuan kehiduapan sesuai ajaran Islam.
Santri sebagai Generasi Pesantren 5.0
Di era digital yang serba cepat, santri dituntut untuk menjadi generasi yang tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tetapi juga mampu menguasai teknologi dan informasi. Konsep “Pesantren 5.0” menggambarkan sinergi antara nilai-nilai keislaman dan kemajuan teknologi sebagai wujud modernisasi pendidikan pesantren. Sebagai seorang santri di era 5.0 tidak hanya diharapkan bisa berdakwah secara lisan, tetapi juga diharapkan mampu berkreasi dan berinovasi dalam berdakwah melalui dunia digital dengan tetap berpegang teruh pada adab dan moral sebagai santri.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memliki peran penting dalam mencetak generasi religius dan adaptif terhadap perubahan zaman. Melalui integrasi antara ilmu agama dan teknologi, santri dapat berperan sebagai agen perubahan yang membawa pesan Rahmatan lil ‘Alamin ke dunia modern. Dengan semangat “Pesantren 5.0”, santri masa kini harus siap menjadi pelopor kemajuan bangsa dengan tetap menjaga tradisi-tradisi pesantren yang berlandasakan iman dan Islam.
Santri Digital : Cerdas, Kreatif dan Berakhlak
Kemajuan teknologi telah mengubah cara manusia belajar, bekerja, berinteraksi, termasuk di lingkungan pesantren. Santri digital merupakan sosok yang mampu menyeimbangkan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan spiritual dengan menggunakan media digital sebagai alat untuk menyebarkan nilai-nilai pengetahuan dan keagamaan secara luas. Sebagai generasi penerus bangsa, santri harus cerdas dan kreatif dalam mengemas dakwah kepada masyarakat untuk meneruskan dakwah yang telah dilakukan oleh para ulama dalam mensyiarkan ilmu. Kreatifitas santri dalam menggunakan teknologi digital menjadi sebuah bentuk adaptasi terhadap perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip keislaman yang menjadi ciri khas pesantren.
Kecerdasan dan kreativitas santri harus diimbangi dengan akhlak mulia sebagai fondasi utama dalam setiap aktivitas digital. Di tengah derasnya arus informasi dan media sosial yang bebas, santri perlu menunjukkan etika dalam berkomunikasi, menjaga adab dalam menyampaikan pendapat, serta pemilihan konten yang sesuai kebutuhan. Dengan akhlak yang kuat, kecerdasan dan kreativias santri akan membawa manfaat besar bagi masyarakat, bahkan menjadi cahaya penceragan di tengah tantangan era digital.
Menjaga Ruh Pesantren di Era Digital
Pesantren dikenal sebagai pusat pembentukan akhlak dan penguatan nilai-nilai keislaman. Kini, pesantren dihadapkan pada sebuah tantangan besar, yaitu perkembangan teknologi yang semakin canggih. Kemajuan teknologi pada umumnya memberikan kemudahan dalam proses pembelajaran hingga dakwah kepada semua masyarakat. Namun, penggunaan teknologi jika tidak disertai dengan penguatan spiritual dikhawatirkan akan menghilangkan jati diri pesantren sebagai lembaga yang menanamkan nilai-nilai mooran dan keagamaan.
Ruh pesantren sejatinya terletak pada adab, kedekatan kiai dengan santri, serta suasana belajar yang penuh keberkahan. Nilai-nilai ini tidak boleh hilang meskipun sistem pembelajaran telah bertransformasi digital. Adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, seorang santri tidak boleh kehilangan adab, ketawadhuan, dan semangat dalam menuntut ilmu di pondok pesantren. Dengan menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kekuatan spiritual, pesantren akan tetap menjadi benteng moral sekaligus pelopor peradaban Islam yang mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan ruh keislamannya.








