Korban Ponpes Al Khoziny Trauma Berat, Pemkot Malang Buka Peluang Masuk Sekolah Rakyat

Korban Ponpes Al Khoziny Trauma Berat, Pemkot Malang Buka Peluang Masuk Sekolah Rakyat
Kepala Kepala Dinsos P3AP2KB Kota Malang menjelaskan, ada korban tragedi Ponpes Al Khoziny yang trauma berat. (bas)

Malang, SERU.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memberikan pendampingan kepada sejumlah korban runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. Dari beberapa korban, ada yang mengalami trauma berat hingga pihaknya membuka peluang masuk sekolah rakyat.

Kepala Dinsos P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito mengungkapkan, data yang sudah masuk ke pihaknya ada tiga korban dari Kota Malang. Ketiganya merupakan warga Kecamatan Kedungkandang, dengan satu diantaranya memerlukan pendampingan psikologis.

Bacaan Lainnya

“Yang memerlukan pendampingan psikologis satu anak, masih kelas 1 SMP. Dia masih mengalami trauma yang lumayan berat,” seru Donny, Rabu (8/10/2025).

Donny menceritakan, korban tersebut diketahui berada di barisan shaf kelima saat kejadian. Beberapa teman sekamarnya berada tepat di belakangnya dan menjadi korban jiwa dalam insiden tersebut.

“Kondisi itulah yang meninggalkan trauma emosional mendalam, meski luka-lukanya tidak parah. Saat ini, kami sudah bekerja sama dengan psikolog untuk memberikan pendampingan psikologis,” ungkapnya.

Meski korban mengalami trauma, Pemkot Malang tidak mengeluarkan rekomendasi yang melarang korban melanjutkan belajar di ponpes tersebut. Menurutnya, pihak keluarga berhak memutuskan korban kembali melanjutkan sekolah di sana atau tidak selepas traumanya reda.

“Sampai sekarang masih trauma, traumanya muncul setiap kali melihat tayangan Tiktok, terutama video yang memperlihatkan teman-temannya. Sejak itu dia tidak berani tidur sendiri dan selalu minta ditemani ke mana pun pergi,” terangnya.

Ia menambahkan, seluruh korban saat ini dalam kondisi fisik yang baik dan tidak mengalami luka serius. Namun, khusus bagi korban dengan trauma berat, tim pendamping sosial tetap akan melakukan pemantauan rutin ke rumahnya.

“Dua korban lainnya sudah kelas 3 SMP dan tidak mengalami trauma, sehingga tidak memerlukan pendampingan psikologis. Mereka masih menunggu kabar terbaru dari ponpes. Kalau yang trauma masih menunggu, akan tetap (mondok dan sekolah) di sana atau bagaimana,” ujarnya.

Donny mengatakan, korban yang mengalami trauma berat kebetulan statusnya masuk dalam kategori desil 1 DTSEN. Karena itu, korban tersebut berpotensi mendapatkan fasilitas pendidikan di Sekolah Rakyat.

“Semua korban dipantau langsung oleh Kemensos. Jadi kalau memang tidak melanjutkan pendidikan di ponpes, ada peluang masuk Sekolah Rakyat,” tandasnya. (bas/rhd)

 

 

disclaimer

Pos terkait