Malang, SERU.co.id – Dinkes Kota Malang telah melakukan uji laboratorium usai temuan Makanan Bergizi Gratis (MBG) bermasalah di SDN Dinoyo 2. Hasil uji laboratorium menunjukkan tiga sampel makanan mengandung mikroba, sehingga pihak SPPG diminta berhati-hati.
Kepala Dinkes Kota Malang, dr Husnul Muarif mengungkapkan, pengambilan sampel dilakukan oleh Puskesmas Dinoyo pada Kamis, 9 Oktober 2025 setelah ada pengaduan. Empat sampel yang diperiksa meliputi ayam suwir, tahu goreng, tumis wortel-jagung-buncis, serta nasi putih.
“Dari empat sampel yang diambil, yang aman dan tidak mengandung mikroba hanya tahu goreng. Tiga lainnya terdeteksi mengandung mikroba,” seru Husnul, saat dihubungi wartawan SERU.co.id via sambungan telepon, Selasa (14/10/2025).
Menurutnya, hasil pemeriksaan menunjukkan beberapa kemungkinan penyebab kontaminasi. Salah satunya adalah pencucian wadah makanan (ompreng) yang kurang bersih.
“Ompreng sebelumnya digunakan untuk menu ikan dori. Kemungkinan tidak dicuci dengan benar, sehingga menimbulkan kontaminasi pada makanan baru,” ungkapnya.
Selain itu, tim Dinkes dan Dispangtan juga menemukan adanya potensi kontaminasi akibat penyimpanan bahan makanan tidak sesuai suhu ideal. Husnul menekankan, penyimpanan pada freezer kulkas dan cold storage harus memperhatikan suhu penyimpanan sesuai yang ditetapkan.
“Jaga suhu tetap stabil, karena kalau lemari pendingin sering dibuka tutup bisa saja terjadi peningkatan suhu. Selain itu, masak bahan makanan sampai benar-benar matang,” tegasnya.
Husnul menyebut, dari semua faktor yang memungkinkan adanya mikroba dapat diminimalisir apabila ompreng dicuci bersih. Ia menyarankan, pencucian ompreng harus bersih dan direndam air panas untuk meluruhkan sisa lemak makanan, serta membunuh mikroba.
“Selanjutnya dari penelusuran lapangan, ayam suwir yang ditemukan bukan basi, namun kurang matang. Proses masak yang tidak sempurna bisa menyebabkan potensi mikroba. Karena itu kami tekankan pentingnya proses memasak yang tepat dan higienitas, terutama saat menyajikan makanan,” jelasnya.
Menanggapi temuan lain seperti tahu berlendir di sekolah lain yang dilayani oleh SPPG Bani Umar, ia menekankan pentingnya pengawasan berjenjang. Menurutnya, pengawasan program MBG di lapangan harus melibatkan semua pihak, terlebih Dinkes Kota Malang tidak memungkinkan meninjau satu per satu setiap hari.
Baca juga: Dinkes Malang Lakukan Observasi Dua Arah Terkait Pengembalian Paket MBG di SPPG Bani Umar
“Di SPPG sudah ada ahli gizi, sementara di sekolah ada guru yang memantau sampel makanan. Jika ditemukan hal yang tidak sesuai, bisa langsung dilaporkan. Dinkes Kota Malang akan terus melakukan pengawasan secara berkala meski tidak ada laporan kasus,” terangnya.
Husnul juga menyarankan, penggunaan air sumur dalam semua proses di SPPG sebaiknya diganti dengan air PDAM. Ia menilai, penggunaan air PDAM lebih higienis dibandingkan air sumur.
“Saat ini, layanan MBG sudah kembali berjalan normal sejak Jumat kemarin. Tidak ada laporan keluhan dari sekolah penerima,” ujarnya.
Namun, hasil uji laboratorium dan rekomendasi Dinkes Kota Malang akan menjadi bahan laporan Pemkot Malang ke pemerintah pusat. Oleh karena itu, Husnul menegaskan, pihak SPPG harus menjalankan SOP sebaik mungkin dan mengaplikasikan hasil pelatihan penjamah makanan dengan tepat.
“Semua SPPG sudah kami latih melalui pelatihan penjamah makanan dan inspeksi kesehatan lingkungan (IKL). Ke depan, mereka harus lebih disiplin menerapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam setiap tahapan pengolahan,” tandasnya. (bas/mzm)