Malang, SERU.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang sedang mempercepat proses penerbitan Sertifikat Laik Higienis Sanitasi (SLHS). Pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memastikan, proses produksi Makanan Bergizi Gratis (MBG) telah memenuhi standar.
Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif mengungkapkan, percepatan penerbitan SLHS bagi SPPG merupakan tidak lanjut dari arahah Wali Kota Malang. Penerbitan SLHS hanya dapat dilakukan jika sejumlah persyaratan terpenuhi.
“Tahap awal yang kami lakukan memberikan pelatihan bagi penjamah makanan di SPPG. Kemudian inspeksi kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh Puskesmas, serta pemeriksaan laboratorium fisik dan mikrobiologi di LAPKESDA,” seru Husnul, saat dikonfirmasi.
Dinkes Kota Malang akan mengeluarkan rekomendasi sebagai dasar pengajuan SLHS ke pihak perizinan setelah ketiga tahap dilalui. Ini penting sebagai bukti suatu usaha telah memenuhi standar baku mutu dan persyaratan kesehatan higienis serta sanitasi.
“Tetapi sertifikat ini dapat dicabut jika ditemukan pelanggaran dalam evaluasi. Misalnya, ketidaksesuaian pelaksanaan pelatihan oleh penjamah makanan, menurunnya hasil inspeksi kesehatan lingkungan, atau kualitas air yang buruk,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Husnul menjelaskan, jika suatu SPPG terbukti menjadi sumber keracunan, pihaknya akan melakukan investigasi dan identifikasi sebelum mengambil keputusan pencabutan sertifikat. Saat ini, ada 10 SPPG yang sudah beroperasi dan 3 lainnya masih belum beroperasi.
“Semuanya sedang berproses. Program percepatan penerbitan SLHS ini bertujuan untuk memastikan MBG yang diterima para pelajar terjamin higienis dan layak pangan,” jelasnya.
Koordinator SPPI Kota Malang, Muhammad Athoillah mengungkapkan, semua SPPG telah bersiap dengan baik. Pengajuan SLHS tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga memastikan rantai produksi MBG sejak awal hingga akhir memenuhi standar.
“Kepatuhan terhadap SOP dan kepemilikan SLHS penting untuk menyukseskan program MBG. Meski di Indonesia belum banyak yang punya, ke depannya diwajibkan semua,” ujarnya, saat dikonfirmasi.
Pria yang juga mengepalai SPPG LP Maarif NU itu menerangkan, SPPG yang dipimpinnya sudah beroperasi sejak Februari silam. Penyiapan sanitasi yang sesuai standar dan proses produksi makanan yang higienis penting untuk memastikan kesehatan 3.100 siswa yng dilayani.
Senada, Pengelola SPPG Batik Celaket, Hanan Jalil menerangkan, pihaknya sedang mengurus SLHS. Pihaknya telah menerapkan standar ketat dalam seluruh proses produksi, bahkan sejak penyiapan bahan baku.
“Untuk menjaga kualitas, air yang digunakan di dapur kami disaring menggunakan teknologi coway yang sudah bersertifikat internasional. Kami juga melibatkan ahli gizi dan akuntan dalam pengelolaan dapur,” terangnya.
Ia menambahkan, saat ini SPPG Batik Celaket tengah menunggu proses sertifikasi SLHS dari Dinkes Kota Malang serta pengajuan sertifikat halal. Dengan kelayakan yang terjamin, sebanyak 4.500 makanan yang diproduksi terbukti layak dikonsumsi para siswa sekolah.
“Semua persyaratan sudah kami penuhi, tinggal menunggu tahap peninjauan. Program MBG sangat penting untuk mencerdaskan generasi bangsa, sehingga standarisas kelayakan menjadi aspek penting,” tandansya. (bas/rhd)