Malang, SERU.co.id – Analis Kebijakan Ahli Utama Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengadakan Fokus Group Discussion (FGD) di Gedung Diploma Kepariwisataan, Universitas Merdeka Malang, Selasa (30/9/2025). Kegiatan ini dihadiri sejumlah akademisi, pemangku kebijakan pemerintah, dan pelaku wisata serta pelaku Industri Kecil Menengah.
Analis Kebijakan Ahli Utama, Sekdaprov Jatim, Dr. Ir. Drajat Irawan SE MT mengatakan, FGD ini mengusung tema, sinergi kebijakan peningkatan pasar industri kecil menengah (IKM) Jawa Timur. Melalui integrasi dengan Rantai nilai pariwisata berbasis penguatan ekonomi daerah.
“Tujuan dari FGD ini adalah untuk merumuskan kebijakan strategis guna memperluas pasar IKM dengan memanfaatkan potensi pariwisata. Meningkatkan pemahaman para pengampu kepentingan mengenai peran penting IKM dalam Rantai nilai wisata. Serta mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam mengintegrasikan IKM ke dalam sektor pariwisata,” serunya
Dikatakan Dr Drajat, pariwisata memiliki peran penting dalam mendorong IKM Jatim. Sementara Industri Kecil Menengah juga memiliki kontribusi ke perekonomian Jawa Timur sekitar 30 persen.
“Tinggal bagaimana kita bisa mengungkit IKM dengan mata nilai pariwisata,” tuturnya.
Disebutkan Drajat, arah kebijakan transformasi ekonomi yang ditetapkan oleh Gubernur Jatim difokuskan pada percepatan hilirisasi sumber daya alam dan peningkatan produktivitas secara masif. Perluasan pusat-pusat pertumbuhan serta optimalisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru melalui pengembangan ekonomi hijau dan ekonomi biru. Serta penerapan praktek pengelolaan lingkungan dan pelestarian budaya lokal dalam rangka pariwisata yang berkelanjutan.
“Arah kebijakan pengembangan kepariwisataan dan ekosistem ekonomi kreatif yang holistik dengan pemenuhan paripurna aspek 6A. Atraksi, aksesibilitas, Amenitas Ancillary Service, aktivitas, available packages pada kawasan megapolitan/metropolitan (urban tourism). Dan kawasan strategis pariwisata dan ekonomi kreatif Malang Lumajang,” paparnya.
Akademisi, Prof Widji Astuti MM CPMA dalam paparannya menyajikan sejumlah model pengembangan pasar untuk produk IKM lokal dan sentra pariwisata. Setiap model pengembangan itu, menurutnya memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Sedangkan model pengembangan lain yang dapat dirujuk dan selama ini telah berkembang terutama pada destinasi wisata yang dikembangkan oleh komunitas dikenal sebagai Community Based tourism (CBT).
“CBT telah dikaji efektivitasnya dan ditemukan sejumlah keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain mendorong pelestarian budaya dan lingkungan lokal. Sementara kelemahannya adalah potensi konflik antar kelompok masyarakat jika tidak ada struktur pengelolaan yang jelas,” imbuh Ketua Program Diploma Kepariwisataan, Universitas merdeka Malang,
Ia juga menyebutkan, sektor pariwisata menciptakan multiplier effect di bidang ekonomi. Mulai dari transportasi, akomodasi hingga industri kreatif dan perdagangan lokal. Saat ini menurutnya integrasi IKM dalam sektor pariwisata belum optimal.
“Banyak IKM menghadapi tantangan keterbatasan akses pasar, promosi yang minim, hingga ketimpangan kualitas produk dan layanan. Serta belum terciptanya ekosistem ekonomi lokal yang inklusif dan berkelanjutan,” tukasnya.
FGD ini juga dihadiri oleh Prof Dr Fajar Supanto MSI, selaku akademisi dan Ahli Kebijakan Digital. Hadir pula dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur dan Kota Malang. Dinas Pariwisata Kota Batu, Sektor Perbankan, KADIN Kota Malang dan perwakilan pelaku IKM dan usaha destinasi belanja dari Kota Batu dan Kota Malang. (dik/mzm)