Malang, SERU.co.id – Universitas Negeri Malang (UM) bersama Bank Indonesia menyelenggarakan kuliah kebangsaan Cinta Bangga Paham (CBP) Rupiah. Keberpihakan ekonomi gen Z dengan mencintai produk dalam negeri, memiliki multiplier effect menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kuliah Kebangsaan kali ini bertemakan ‘Menciptakan Generasi Muda yang Berkualitas dengan Semangat Cinta, Bangga, Paham Rupiah’. Isu utama diskusi mengulas tentang arti mencintai, membanggakan dan memahami mata uang Rupiah sebagai simbol kedaulatan bangsa. Kegiatan Cinta Bangga Paham (CBP) Rupiah ini diikuti sekitar 6.000 mahasiswa di Graha Cakrawala UM, Senin (29/9/2025). Dengan menghadirkan para narasumber, di antaranya:
- Pengusaha, Investor/mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020-2024, Dr H Sandiaga Salahudin Uno BBA MBA,
- Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr Hariyono MPd,
- Pendakwah dan penulis, Husein Bin Ja’far Al Hadar (Habib Ja’far),
- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Febrina.
Direktur Kemahasiswaan dan Alumni UM, Dr Heny Kusdiyanti SPd MM menyampaikan, kuliah kebangsaan ini bertujuan membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda. Dengan membentuk karakter yang bijak dalam mengelola keuangan, serta meningkatkan literasi tentang Rupiah sebagai alat transaksi yang aman dan berdaulat.
“Melalui diskusi ini, peserta diajak merenungkan bagaimana Rupiah bisa menjadi jembatan menuju kesejahteraan bersama, mulai dari menghindari inflasi hingga mendukung produk lokal. Kuliah kebangsaan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi generasi muda untuk lebih aktif dalam menjaga stabilitas ekonomi bangsa,” seru Heny, dalam keterangan resminya, Senin (29/9/2025).
Disinggung alasan mengapa harus mencintai, bangga dan memahami Rupiah menjadi latar belakang tema kegiatan. Heny menjelaskan, Rupiah bukan sekadar uang kertas atau koin yang kita pegang setiap hari. Ia adalah denyut nadi bangsa, simbol perjuangan para pahlawan yang telah meraih kemerdekaan.
“Mencintai Rupiah berarti menghargai kerja keras petani di sawah, buruh di pabrik, dan pemuda yang bermimpi membangun Indonesia lebih baik. Bangga dengan Rupiah, artinya kita percaya pada kekuatan ekonomi kita sendiri, tidak tergantung pada mata uang asing yang bisa goyah kapan saja,’’ ujarnya.
Senada, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno mengingatkan, pentingnya peran generasi muda menjaga kedaulatan ekonomi bangsa. Melalui Semangat Cinta, Bangga, Paham Rupiah dan keberpihakan ekonomi dengan mencintai produk dalam negeri.
“Generasi muda harus bangga menggunakan rupiah, dengan bagaimana menciptakan lapangan kerja atau wirausaha dan bagaimana mencintai produk lokal. Dengan begitu rupiah akan kuat, dengan memahami struktur ekonomi kita yang sedang bertumbuh,” ucapnya.
Dengan menjaga laju inflasi, biaya hidup akan terkendali, tidak menghimpit dan terjangkau masyarakat. Dimana dengan membeli dan mencintai produk lokal dalam negeri, memiliki multiplier effect (efek pengganda) menjadi 2,6 kali lipat. Keberpihakan pada produk dalam negeri bukan hanya soal patriotisme, tapi juga dukungan nyata bagi perekonomian.
“Misal sepatu saya Rp1 juta, ketika saya beli efeknya Rp2,6 juta terhadap perekonomian Indonesia. Karena multiplier effect ini menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Sementara belanja produk luar negeri, dampaknya hanya 26 persen, artinya sepatu import hanya berdampak Rp260 ribu kepada perekonomian Indonesia,” ulas Sandiaga.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Febrina menjelaskan, generasi muda saat ini menjadi penerus yang nantinya akan menjadi pemimpin. Dengan pesan semangat Cinta, Bangga, Paham Rupiah menjadi sebuah kesatuan dan tidak berdiri sendiri-sendiri.
“Seperti dikatakan pak Sandi, membeli produk dalam negeri multiplier effectnya sangat luar biasa. Tujuannya, dengan pemberdayaan ekonomi lokal dalam negeri, bangsa kita bisa lebih sejahtera lagi,” ucap Febrina.
Harapannya, apa yang diperoleh selama kuliah dapat memberikan manfaat lebih luas. Seperti halnya bagaimana memperoleh dan memaknai rupiah dapat bermanfaat lebih luas.
“Jika nantinya adik-adik ingin membuat e-wallet ada koridor yang harus dipenuhi, apapun instrumennya tetap menggunakan mata uang Rupiah. Karena Rupiah bukan sekadar alat bayar, namun simbol kedaulatan bangsa, identitas nasional, sekaligus perekat persatuan bangsa,” tandasnya.
Sementara, Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr Hariyono MPd mengatakan, generasi muda harus distimulasi dengan Cinta, Bangga, Paham Rupiah. Keterlibatan gen Z yang terdidik dalam sektor ekonomi kreatif dapat menjadikan ekonomi riil menguat.
“Karena gen Z merupakan pelopor ekonomi kreatif dan ekonomi maju, sehingga bangsa Indonesia tidak terjebak dalam menjual kekayaan alam. Namun bagaimana memodifikasi, menstimulasi dan menambah nilai ekonomi kreatif lebih tumbuh maksimal, tentunya dengan dukungan perbankan dan pihak lainnya,” ungkap Prof Hariyono.
Alasan keterlibatan gen Z, karena memiliki optimisme yang sangat tinggi dalam melihat dan menghitung peluang yang ada. Tentunya tugas UM untuk memotivasi, mengembangkan jiwa kewirausahaan dan mewujudkannya dengan keterlibatan pihak-pihak terkait lainnya. (rhd)