Situbondo, SERU.co.id – Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Situbondo ke-207 serta Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI), Pemerintah Kabupaten Situbondo menggelar Festival Ojung Kendit sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus daya tarik pariwisata daerah, Senin (29/9/2025).
Acara yang diselenggarakan di Kecamatan Kendit ini berlangsung meriah dengan antusiasme tinggi dari masyarakat dan para tamu undangan. Pasalnya, para peserta Ojung tidak hanya diikuti dari Kabupaten situbondo saja, melainkan dari luar kabupaten yakni Probolinggo, Bondowoso dan Banyuwangi.
Ribuan warga yang memadati lokasi festival mengungkapkan kegembiraan mereka atas kelestarian tradisi ini. Sebab, dampak dari festival ini terhadap masyarakat setempat terasa nyata, terutama bagi petani yang bergantung pada musim tanam.
Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo mengatakan bahwa pentingnya pelestarian budaya di era modern.
“Festival Ojung bukan hanya ritual memohon hujan, tapi juga simbol ketangguhan dan solidaritas masyarakat Situbondo. Di tengah tantangan iklim seperti sekarang, tradisi ini mengingatkan kita untuk bersyukur dan berdoa bersama,” seru Mas Rio sapaan akrab bupati situbondo.
Lebih lanjut, Mas Rio menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah akan terus mendukung acara ini sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya lokal.
“Untuk festival yang akan datang kita buat yang lebih besar lagi di Alun-alun Situbondo,” imbuhnya.
Menurut Mas Rio, Pemerintah Kabupaten Situbondo berencana mengembangkan Festival Ojung menjadi agenda tahunan berskala nasional, dengan integrasi elemen digital seperti live streaming untuk menjangkau audiens lebih luas.
“Kami akan alokasikan anggaran untuk riset lebih lanjut tentang sejarah Ojung, agar generasi mendatang paham akarnya. Ini bukan sekadar festival, tapi jembatan masa lalu dan masa depan Situbondo yang lebih hijau dan makmur,” pungkas Mas Rio.
Seorang peserta Ojung asal Desa Curah Tatal, Taufik (45 tahun), yang ikut bertanding sejak remaja, berbagi pengalaman tentang makna ritual bagi petani seperti dirinya.
“Setiap cambukan rotan ini seperti doa kami. Tahun lalu, setelah Ojung, hujan deras turun seminggu kemudian. Itu bukti Tuhan mendengar pengorbanan kami. Festival ini bikin desa ramai, anak muda juga belajar hormati leluhur,” ujar Taufik. (aza/mzm)