Situbondo, SERU.co.id – Momentum bersejarah tercipta ketika dua Pengasuh Pondok Pesantren Besar di Situbondo hadir dalam satu tempat yang sama untuk memanjatkan doa bersama dalam pengajian dan tasyakuran pembangunan bandara KHR As’ad Syamsul Arifin (KASA) di kawasan Banongan, Desa Wringin, Kecamatan Asembagus, Selasa (16/12/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Walisongo Situbondo, KHR Moh Kholil As’ad Syamsul Arifin memanjatkan doa agar Bandara KASA nantinya membawa banyak manfaat, tidak hanya bagi masyarakat Situbondo, tetapi juga untuk bangsa dan agama. Ia berharap pembangunan bandara tersebut senantiasa dilimpahi keberkahan dan kemanfaatan oleh Allah SWT.
“Semoga bandara ini benar-benar berguna untuk agama, bangsa, dan negara, serta membawa barokah dan berkah bagi semuanya,” tutur Kiai Kholil dalam doanya.
Selain itu, Kiai Kholil juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pembangunan Bandara KASA. Menurutnya, bandara tersebut bukan hanya difungsikan untuk mendukung pelayanan umrah dan haji, tetapi juga memiliki peran strategis lain, termasuk sebagai sarana pendukung latihan militer.
Pada kesempatan yang sama, Kiai Kholil turut menyampaikan permohonan maaf karena tidak dapat memberikan sumbangan secara materiil dalam pembangunan bandara tersebut. Ia menegaskan bahwa untuk urusan yang membawa kemaslahatan bagi bangsa, negara, dan agama, seharusnya tidak disertai dengan harapan imbalan apa pun.
“Untuk kepentingan umat, bangsa, dan negara, kita tidak boleh berharap apa-apa. Yang terpenting adalah ikut bersumbangsih semampu kita,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo KHR Ach Azaim Ibrahimy menyampaikan tausiyah yang sarat makna sejarah dan spiritual. Ia mengingatkan kembali dawuh almarhum K.H.R. As’ad Syamsul Arifin puluhan tahun silam, yang kala itu pernah menyampaikan keyakinannya bahwa suatu saat umat Islam di Situbondo akan dapat berangkat umrah dan haji langsung dari daerahnya sendiri.
“Dulu Kiai As’ad pernah dawuh, suatu saat nanti orang Situbondo akan berangkat umrah dan haji dari Situbondo, karena di Situbondo akan ada bandara. Saat itu mungkin banyak yang menganggapnya sebagai angan-angan,” ujar KHR Azaim Ibrahimy dihadapan ribuan jamaah.
Namun menurut KHR Azaim, apa yang disampaikan Kiai As’ad tersebut kini mulai menjadi kenyataan.
“Hari ini kita menyaksikan sendiri bahwa apa yang didawuhkan beliau bukan sekadar mimpi. Dengan adanya pembangunan Bandara Kiai As’ad Syamsul Arifin ini, dawuh itu pelan-pelan Allah wujudkan,” ucapnya disambut tepuk tangan para jama’ah.
Sementara itu, Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo menegaskan bahwa pembangunan Bandara KHR As’ad Syamsul Arifin tidak hanya ditujukan untuk mendukung kepentingan pertahanan negara, tetapi juga dirancang secara multifungsi agar memberi manfaat luas bagi masyarakat.
“Bandara ini kami dorong agar ke depan tidak hanya digunakan untuk kepentingan militer, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk penerbangan kemanusiaan, kebencanaan, hingga penerbangan sipil. Dengan runway sepanjang 2.500 meter, pesawat berbadan besar seperti Airbus dan Boeing berpotensi dapat mendarat di Situbondo,” pungkas Bupati Rio.
Bandara ini ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total anggaran dari Pemerintah Pusat sekitar Rp1,7 triliun. Pembangunan tersebut diharapkan mampu menggerakkan perekonomian daerah, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan konektivitas wilayah timur Pulau Jawa.
Selain itu, pemerintah juga menegaskan komitmen kepedulian sosial terhadap petani dan buruh tani yang terdampak pengosongan lahan pembangunan bandara.
Meskipun secara kontrak sewa lahan pemerintah tidak diwajibkan memberikan ganti rugi, Pemerintah Pusat tetap memberikan uang pengganti kepada petani penggarap sebagai bentuk keadilan sosial.
Rinciannya, petani melon dan semangka menerima kompensasi sebesar Rp100 juta per hektare, petani tebu sebesar Rp25 juta per hektare, serta petani padi dan jagung sebesar Rp10 juta per hektare.
Selain petani penggarap, sebanyak 1.004 buruh tani yang bekerja di lahan tersebut juga mendapatkan kompensasi kerohiman. Setiap buruh tani menerima 1 ekor sapi dan sepasang domba untuk kemudian diternakkan.
Bantuan ini diserahkan secara simbolis dalam rangkaian tasyakuran sebagai wujud kehadiran dan kepedulian negara terhadap masyarakat kecil yang terdampak secara ekonomi.
Terkait status lahan, Pemerintah Kabupaten Situbondo dan Kementerian Pertahanan RI telah menyepakati hibah lahan seluas 306 hektare di kawasan Banongan. Namun, sembari menunggu proses penggantian lahan seluas 350 hektare di kawasan Pasir Putih dari Perhutani kepada Kementerian Pertahanan, yang selanjutnya akan dihibahkan kepada Pemkab Situbondo, status lahan saat ini masih bersifat pinjam-pakai.
Langkah ini ditempuh untuk memastikan tertib administrasi, kepastian hukum, serta tidak adanya aset daerah yang hilang. (aza/mzm)








