Malang, SERU.co.id – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) bersama UNESCO menghelat Workshop Internasional bertemakan ‘From Heritage to Innovation: Empowering Cultural-Based Creative Industries.’ Dengan memberdayakan industri kreatif berbasis warisan budaya sebagai inovasi internasionalisasi dan pembangunan berkelanjutan.
Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof. Widodo SSi MSi PhD MedSc mengapresiasi, UNESCO Work Station di FIB UB. Dimana akan menjadi pusat kolaborasi internasional dalam bidang media arts dan studi budaya. Sebagaimana Kota Malang terpilih sebagai Kota Kreatif dari 58 kota se-dunia di bidang Media Art oleh UNESCO.
“FIB UB telah lama menunjukkan keunggulan dalam bidang kajian budaya, seni, linguistik, dan media. Komitmen mereka terhadap keterlibatan budaya global menjadikan FIB sebagai mitra strategis bagi UNESCO,” seru Prof. Widodo, dalam sambutannya di Aula A FIB UB, Jumat (21/11/2025).
Disebutkannya, workshop ini menjadi momen penting tidak hanya bagi UB, tetapi juga bagi Kota Malang. Dimana kini resmi masuk dalam jaringan UNESCO Creative Cities of Media Arts 2025. Terselenggara atas kerja sama dengan UNESCO dan dihadiri oleh sejumlah tokoh akademik dan praktisi internasional dari Tiongkok, Thailand, dan Korea Selatan.
“UNESCO Work Station memudahkan UB dalam broadcast kegiatan positif kampus, lokal wisdom hingga komunitas ke level global/internasional. Sehingga kekayaan budaya kita dapat menjadi referensi warisan budaya dan peradaban dunia, seperti promosi wayang, tari-tarian, media art dan lainnya,” imbuh Prof Widodo.
Menurutnya, setiap budaya memiliki filosofi, tata krama dan latar belakang beragam, sehingga semua orang dapat mengenal dan mempelajarinya melalui workstation mitra UNESCO. Selanjutnya menjadi media-media art sebagai pelajaran bagi rekan dan mitra di luar negeri.
“Pelajaran pentingnya, budaya kita, kultur kita, tata pola hidup kita, kesenian kita sebagai warisan budaya dunia. Media Art tersebut bisa digunakan menjadi bagian penting untuk mengembangkan peradaban dunia yang lebih baik,” tandasnya.
Senada, Dekan FIB UB, Sahiruddin SS MA PhD menekankan, pentingnya menjadikan budaya sebagai landasan inovasi masa depan.
“Internasionalisasi bukan berarti meninggalkan akar, melainkan memperkenalkan kekayaan lokal kepada dunia dengan cara yang relevan, kreatif, dan berdampak,” ungkap Sahiruddin.
Sahiruddin menyoroti, potensi Kota Malang sebagai ruang inspiratif bagi industri kreatif berbasis budaya. Ia menekankan, menjaga identitas lokal adalah cara untuk memastikan bahwa inovasi tetap berakar pada nilai, cerita dan makna.
“Kami sedang merancang sister village. Ada beberapa desa di Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu yang sudah direkomendasikan untuk masuk jejaring UNESCO. Untuk menjadi sister village dengan beberapa desa di Tiongkok maupun Korea Selatan,” jelas Sahiruddin.
Workshop ini menghadirkan pembicara dari berbagai negara yang membagikan praktik-praktik terbaik dalam pemberdayaan warisan budaya. Salah satunya, presentasi dari Dekan Institute for Cultural Industries Peking University, Prof. Dr. Yong (Hardy) Xiang. Sekaligus pakar kebijakan budaya dan UNESCO Chair on Creativity and Sustainable Development in Rural Areas Indonesia.
Dengan mengangkat pengalaman Tiongkok dalam ‘Creative Empowerment of Cultural Heritage’. Prof Hardy memaparkan, empat jalur utama pemberdayaan, yakni: teknologi, gaya hidup, fesyen, dan media sosial. Dimana telah berhasil menjadikan warisan budaya sebagai kekuatan ekonomi dan identitas nasional.
“Indonesia memiliki peluang besar untuk mengadaptasi pendekatan ini, terutama dengan kekayaan budaya seperti batik, wayang kulit, dan ukiran tradisional. Sehingga diperlukan strategi integratif antara pendidikan, komunitas, digitalisasi dan jejaring global. Agar warisan budaya tidak hanya lestari, namun juga produktif secara ekonomi,” terangnya.
Workshop ini ditutup dengan sesi diskusi panel, berdialog tentang tantangan dan peluang kolaborasi dalam mengembangkan industri kreatif berbasis budaya. FIB UB berharap, momentum ini dapat membuka jalan untuk kolaborasi jangka panjang, baik dalam riset, pertukaran akademik, hingga proyek pengembangan komunitas lintas negara. (rhd)








