Tengsoe Tjahjono, Winarto Ekram & Dadang Rukmana Menerima Anugerah Sabda Budaya 2025

Tengsoe Tjahjono, Winarto Ekram & Dadang Rukmana Menerima Anugerah Sabda Budaya 2025
Dekanat FIB UB bersama Tengsoe Tjahjono, Winarto Ekram & Dadang Rukmana menerima Anugerah Sabda Budaya 2025. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) kembali menggelar Anugerah Sabda Budaya (ASB) ke-7, sekaligus puncak rangkaian Dies Natalis ke-16. Dengan memberikan penghargaan kepada tiga tokoh seni dan sastra, di antaranya Tengsoe Tjahjono, Winarto Ekram dan Dadang Rukmana, menerima Anugerah Sabda Budaya 2025.

Koordinator Dewan Kurator ASB 2025, Yohanes Padmo Adi Nugroho SS MHum menyampaikan, tema ASB 2025 ‘Samadya Danasmara Manunggal Rasa’. Dimana mengajak semua pihak menyatukan rasa dalam semangat pelestarian budaya nusantara.

Bacaan Lainnya

“Alasan kami memberikan Anugerah Sabda Budaya 2025 kepada tiga tokoh seni dan sastra tersebut, karena ketiganya ada dalam daftar nominasi ASB tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, ketiganya dinilai paling layak karena memiliki karya unggul dan berdampak, sebagaimana misi dan semangat Kemdiktisaintek dan UB,” seru Padmo, sapaan akrabnya, di Aula lantai 2 Gedung A FIB UB, Rabu (3/12/2025).

Disebutkannya, ketiga penerima Anugerah Sabda Budaya 2025 dari FIB UB, di antaranya:

  • Bidang Sastra: Tengsoe Tjahjono (penyair dan cerpenis),
  • Bidang Seni Tradisi: Winarto Ekram (penari dan koreografer), dan
  • Bidang Seni Rupa: Dadang Rukmana (pelukis dan perupa).

Selaras motto FIB yaitu unggul dan berdampak, ketiganya dinilai tidak hanya unggul dan berdampak bagi masyarakat. Namun juga dalam kontribusinya terhadap kerja-kerja kultural FIB UB. Dimana selama ini ketiganya menjalin kolaborasi erat dengan fakultas, serta menjadi bagian dari perjalanan budaya.

“FIB UB memberikan ASB 2025 ini sebagai bentuk penghormatan kepada para seniman yang unggul dan berdampak tersebut. Sebelum beliau menerima ASB 2025, ketiganya akan menyampaikan orasi dan karya mereka masing-masing. Pak Tengsoe dengan orasi, Pak Ekram menyuguhkan tarian melalui Malang Dance dan Pak Dadang memamerkan dua lukisannya,” tandas Padmo.

Senada, Dekan FIB UB, Sahiruddin SS MA PhD mengatakan, ASB telah menjadi ciri khas FIB UB sejak pertama kali digelar pada tahun 2018. Tahun 2025 merupakan penyelenggaraan ke-7, sekaligus momen reflektif bagi FIB UB yang kini berusia 16 tahun.

“Banyak hal telah kami lakukan tahun ini dalam bidang Digital Humanities dan industri berbasis budaya. Kami juga aktif dalam soft diplomacy budaya melalui keberadaan dua Rumah Budaya Indonesia (RBI) di China. Serta pengembangan platform, seperti Brawijaya Corpora dan Batikpedia,” jelas Sahiruddin.

Disebutkannya, FIB telah terjun ke 59 desa untuk mendata objek budaya, bekerja sama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 11 dalam kegiatan Wilwatikta. Dari sisi kelembagaan, FIB menargetkan predikat Zona Integritas WBK/WBBM. Dan saat ini 10 program studi (prodi) telah mengantongi akreditasi unggul dan internasional.

“FIB atau Fakultas Ilmu Budaya kerap disebut Fakultas Inovasi Berdampak untuk mendukung UB yang Unggul dan Berdampak,” ungkap Dekan FIB UB.

Melalui ASB 2025, FIB UB terus berkomitmen sebagai pelestari budaya Nusantara, sekaligus menjadikan kampus sebagai ruang bertemunya ilmu dan praktik budaya. Dalam semangat unggul dan berdampak, FIB terus bertransformasi menjadi pusat keilmuan dan kebudayaan yang tidak hanya nasional, tetapi juga bertaraf internasional.

Selamat FIB UB bersama para budayawan dan seniman yang menghadiri Sabda Budaya 2025. (rhd)
Selamat FIB UB bersama para budayawan dan seniman yang menghadiri Sabda Budaya 2025. (rhd)

Sementara itu, Rektor UB, Prof Widodo SSi MSi PhD MedSc mengapresiasi berbagai gebrakan FIB, baik secara teknologi hingga penghargaan kepada budayawan maupun seniman. Menurutnya, di tengah kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), FIB tidak ketinggalan mengembangkan platform Brawijaya Corpora dan Batikpedia. Sementara dari sisi SDM, FIB mengapresiasi budayawan dan seniman yang menghargai budaya sebagai titik puncak yang tidak tergantikan.

“AI hanya berdasarkan algoritma, sedangkan manusia memiliki hati yang menjaga dan melestarikan budaya. Anugerah ini bukan sekadar penghargaan, tapi juga pengingat bahwa di tengah digitalisasi, masih ada mereka yang setia menjaga sabda budaya bangsa,” ungkap Prof Widodo, dalam sambutannya.

Kehadiran para seniman tradisi, sastrawan dan penulis, komunitas sastra Pelangi Sastra, komunitas seni tradisi, serta komunitas seni rupa Lompat Pagar semakin memeriahkan acara ini. Para tamu undangan, dosen, dan tenaga kependidikan hadir dengan busana adat atau tradisional daerah, menambah kekhidmatan suasana.

“Kehadiran mereka merupakan sebuah kehormatan bagi FIB UB, dengan menjadikan UB sebagai pusat budaya di Malang,” tandasnya.

Turut hadir Prof Dr Djoko Saryono MPd (Universitas Negeri Malang), Sutak Wardiono (seniman), Syarifuddin (Museum Panji), Hengky Herwanto (Museum Musik Indonesia), Kepala Desa Kranggan, Ngajum, perwakilan Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah 11 Jawa Timur, dan perwakilan Museum Heritage Jawa Timur Park. (rhd)

 

disclaimer

Pos terkait

iklan KKB Bank jatim