Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) berperan penting mengantarkan Kota Malang meraih UNESCO Creative City di bidang Media Arts. Melalui diplomasi akademik dan budaya, UB menjadi motor penggerak dalam penyusunan rekomendasi dan penguatan jejaring internasional. Keberhasilan ini menjadikan Malang kota pertama di Jawa Timur sebagai bagian jejaring kota kreatif dunia.
Dosen Bahasa dan Budaya Tiongkok FIB UB, Yang Nadia Miranti SHum MPd mengatakan, pencapaian ini menjadikan Malang sebagai kota pertama di Jawa Timur yang masuk dalam jejaring kota kreatif UNESCO. Keberhasilan ini merupakan hasil kolaborasi erat antara pemerintah daerah, komunitas kreatif dan dunia akademik. Dimana UB menjadi penggerak utama diplomasi dan penguatan jejaring internasional.
Melalui Fakultas Ilmu Budaya (FIB), UB menjalin kemitraan strategis dengan Peking University, Tiongkok. Kolaborasi ini menghadirkan Prof Dr Xiang (Hardy) Yong, UNESCO Chairholder on Creativity and Sustainable Development in Rural Areas sekaligus Dekan Institute for Cultural Industries Peking University. Kunjungan tersebut menghasilkan surat rekomendasi resmi yang menjadi dokumen penting dalam pengajuan Kota Malang ke UNESCO.
“UB memainkan peran strategis dalam mempertemukan berbagai pihak. Dari hasil diskusi dan kunjungan bersama Prof Dr Xiang (Hardy) Yong, lahir revisi proposal dan rekomendasi resmi bagi Kota Malang. Yakni untuk ditetapkan sebagai Kota Kreatif UNESCO bidang Media Arts,” seru Nadia, narahubung kerja sama UB–Tiongkok.
Nadia menambahkan, akulturasi budaya Tiongkok sejak lama memperkaya kreativitas warga Malang. Hal itu terlihat dari kuliner seperti bakso dan mi, hingga seni topeng Malangan yang dipengaruhi warna dan simbol budaya Tiongkok. Ia juga menyoroti peran Kelenteng Eng An Kiong sebagai ruang perjumpaan budaya memperluas kreativitas masyarakat.
Selain mendukung pencapaian Kota Malang, UB juga aktif mengembangkan soft diplomacy melalui program lintas budaya. Seperti Chinese Paradise Festival dan pendirian Rumah Budaya Indonesia di Tiongkok. UB bahkan telah memfasilitasi tes bahasa Indonesia resmi bagi pembelajar dari Tiongkok melalui UKBIPA.
“Ke depan, UB dan Peking University merencanakan pembentukan Workstation UNESCO Chairholder di UB. Ada juga program student mobility pada 2026. Kemudian kerja sama sister city Malang dan Changsha serta sister village desa di Kabupaten Malang dan desa di Tiongkok,” tambahnya.
Nadia turut memperkenalkan topeng Malangan dan batik Malang ke panggung dunia. Menurutnya, kolaborasi ini memperkuat diplomasi budaya Indonesia di Asia Timur dan membuka cara pandang baru tentang bangsa kita. Saatnya generasi muda berani menciptakan konten digital menampilkan kreativitas dan identitas Indonesia.
Dalam surat rekomendasinya, Prof. Hardy menilai, Malang sebagai contoh nyata kota yang memanfaatkan media arts. Terutama untuk memperkuat ketahanan budaya dan ekonomi kreatif.
“Kota Malang mencerminkan semangat jaringan kota kreatif UNESCO. Tempat di mana media arts menjadi katalis budaya, ekonomi dan sosial,” tulisnya.
Status baru ini membuka peluang kerja sama dengan kota kreatif lain seperti Changsha (Tiongkok) dan Gwangju (Korea Selatan). Bersama UB, UNESCO juga mendorong pembentukan Media Arts Innovation Council dan Media Arts Impact Index. Nantinya untuk mengukur kontribusi kreativitas terhadap pembangunan berkelanjutan (SDGs). (aan/mzm)








