Malang, SERU.co.id – SPPG di Kota Malang memastikan, operasional tetap berjalan sesuai kebutuhan selama masa liburan sekolah. Pihaknya melayani kelompok balita hingga ibu menyusui, karena pelayanan kelompok tersebut tidak terpengaruh agenda sekolah.
Koordinator SPPG Kota Malang, Muhammad Athoillah mengungkapkan, pelaksanaan MBG saat libur sekolah sebenarnya telah diatur dalam petunjuk teknis (juknis). Dalam ketentuan tersebut, distribusi MBG bisa berjalan sesuai keputusan pihak sekolah.
“Selama libur sekolah tetap ada menu paket libur MBG. Tapi sifatnya kami hanya menawarkan ke sekolah, tidak memaksa,” seru Athok, kepada wartawan SERU.co.id, Rabu (24/12/2025).
Athok mengatakan, sekolah berhak memutuskan menerima atau menolak MBG selama libur sekolah. Diakuinya, hal ini bisa jadi mempertimbangkan kondisi siswa yang sedang berlibur dan tidak selalu berada di rumah.
“Kadang ada siswa yang keberatan, libur tapi masih diminta mengambil paket MBG. Jadi kami mengikuti juknis, hanya menawarkan,” ujarnya.
Terkait jenis menu, pria asal Karangploso itu membenarkan, pada masa libur sekolah terdapat opsi pemberian MBG berupa makanan kering. Menu tersebut bisa dibagikan dua kali dalam sepekan, jika sekolah berkenan.
“Namun, untuk kelompok sasaran B3, yakni ibu hamil, ibu menyusui dan balita, tetap diberikan menu basah yang didampingi menu kering. Untuk program ibu hamil dan kelompok B3, pemberian gizi tetap berjalan rutin dan tidak terpengaruh libur sekolah,” tegasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Suwarjana menilai, pelaksanaan MBG selama libur panjang kurang efektif. Oleh karena itu, mayoritas sekolah memilih menghentikan sementara program tersebut.
“Menurut kami tidak efektif kalau tetap dilaksanakan atau diantar ke rumah. Untuk sementara mayoritas dihentikan dulu, dan dananya bisa dimanfaatkan untuk MBG saat anak-anak masuk sekolah,” kata Jana.
Disdikbud Kota Malang tidak mengeluarkan imbauan tertulis terkait penghentian MBG selama libur Nataru. Keputusan sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing sekolah.
“Ini keputusan sekolah masing-masing. Tapi dari evaluasi kami, sebagian memang menghentikan,” imbuhha.
Ia menyebut, sekolah yang memilih menghentikan sementara mempertimbangkan kendala distribusi dan ketidakpastian keberadaan siswa selama liburan. Meski demikian, ada pula SPPG yang tetap menyalurkan MBG dengan mengganti menu menjadi makanan kering.
Terkait anggaran, ia memastikan tidak ada pengalihan dana apabila MBG dihentikan sementara. Pencairan anggaran dilakukan berdasarkan pengajuan dari SPPG.
“Bukan dialihkan, tapi tidak dicairkan dulu. Selama SPPG tidak mengajukan, anggaran tidak akan keluar,” pungkasnya. (bas/rhd)








