Jakarta, SERU.co.id – Polemik di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kembali mengemuka setelah Rais Aam KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengeluarkan pernyataan saling bertentangan. Surat edaran Syuriyah PBNU menyatakan pencopotan Gus Yahya memicu gelombang respons dan kebingungan di internal organisasi. Di tengah memanasnya situasi, para kiai sepuh NU turun tangan menyerukan islah dan meminta kedua pihak menahan diri.
Surat yang ditandatangani Wakil Rais Aam Afifuddin Muhajir dan Katib Ahmad Tajul Mafakhir menyebut kepemimpinan PBNU sementara berada sepenuhnya di bawah Rais Aam. Keputusan itu disebut sebagai hasil rapat harian Syuriyah PBNU.
KH Miftachul Akhyar memperkuat isi surat dengan menegaskan sejak 26 November Gus Yahya bukan lagi Ketua Umum PBNU. Menurutnya, segala keputusan atas nama ketua umum tidak lagi memiliki legitimasi hingga jabatan tersebut definitif.
“Keputusan Syuriyah PBNU bersifat final. Sejak saat itu, kepemimpinan PBNU berada di tangan Rais Aam,” seru Miftachul, seperti dilansir detikcom, Senin (1/12/2025).
Namun, Gus Yahya menyatakan hal berbeda. Ia menegaskan, secara de jure, pergantian Ketua Umum hanya dapat dilakukan melalui Muktamar atau Muktamar Luar Biasa, sesuai AD/ART. Secara de facto, ia juga mengaku, masih menjalankan tugas sebagai Mandataris Muktamar ke-34 NU untuk masa khidmah 2021–2026/2027.
“Berdasarkan AD/ART, saya tetap Ketua Umum PBNU. Agenda dan pelayanan organisasi tetap berjalan sebagaimana mestinya,” ujarnya, dikutip dari NU Online.
Ketegangan internal ini membuat para kiai sepuh NU berkumpul dalam Forum Musyawarah Sesepuh NU di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri. Forum yang diprakarsai KH Anwar Manshur dan KH Nurul Huda Djazuli itu dihadiri para masyayikh dari berbagai daerah.
Perwakilan forum, Gus Muid menyampaikan, keprihatinan mendalam atas situasi yang berkembang. Mereka menyerukan kedua pihak menahan diri dan menghentikan pernyataan publik yang berpotensi memperuncing konflik.
“Para kiai sepuh berharap agar segera terjadi islah demi kebaikan jam’iyyah,” ujar Gus Muid.
Menanggapi seruan para kiai sepuh, Gus Yahya mengungkapkan, rasa terima kasih dan penghormatan. Ia menyatakan siap tunduk pada dawuh para masyayikh dan mengupayakan rekonsiliasi.
“Dengan penuh keikhlasan, saya tunduk pada arahan para masyayikh. Kami akan menahan diri dan menjaga ketenteraman umat,” katanya.
Rais Aam KH Miftachul Akhyar menegaskan, perlunya klarifikasi yang menyeluruh. Ia akan menugaskan Tim Pencari Fakta untuk menginvestigasi berbagai informasi terkait polemik internal. Implementasi program Digdaya Persuratan di tingkat PBNU ditangguhkan sementara, sedangkan implementasi di PWNU dan PCNU tetap berjalan. (aan/mzm)








