Malang, SERU.co.id – Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mengingatkan, kelompok LSL (Laki-laki Seks dengan Laki-laki) paling rentan penularan HIV.
Kepala Dinkes Kota Malang, dr Husnul Muarif mengungkapkan, pihaknya mencatat sekitar 300 kasus baru HIV sepanjang Tahun 2025. Secara keseluruhan, jumlah orang yang terdata sebagai penyintas HIV di Kota Malang mencapai hampir 3.000 orang.
“Kalau tahun 2025, jumlah penderita baru ada sekitar 300-an orang. Jika dihitung sejak awal layanan pengobatan dibuka, jumlah total kasus yang pernah tercatat mencapai kurang lebih 6.000 orang,” seru Husnul, Senin (1/12/2025).
Husnul menerangkan, rentang usia paling banyak terdampak HIV berada pada kelompok usia produktif. Adapun faktor paling dominan, terkait dengan gaya hidup kelompok LSL.
“Kalau usianya, rentang usia produktif mulai dari 15 sampai 59 tahun. Yang paling banyak dari kelompok LSL, kalau penularan dari ibu ke bayi sangat kecil,” ungkapnya.
Dari sekitar 300 kasus aktif HIV yang terpantau pada 2025, hanya sekitar 30 persen merupakan warga Kota Malang. Sisanya, sebanyak 70 persen, berasal dari luar daerah.
“Termasuk mahasiswa pendatang yang tinggal di Kota Malang. Segmennya bermacam-macam, latar belakang pendidikannya juga beragam,” ujarnya.
Husnul mengatakan, upaya edukasi dan sosialisasi kepada semua kelompok rentan, termasuk LSL rutin dilakukan Dinkes Kota Malang. Tidak hanya bertepatan dengan peringatan Hari AIDS Sedunia, tapi juga saat layanan VCT di fasilitas kesehatan terdekat.
“Sebelum pemeriksaan, mereka dikonseling dulu. Itu namanya VCT,” kata Mantan Jubir Covid-19 Kota Malang itu.
Sosialisasi juga diberikan melalui institusi pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Dinkes Kota Malang menekankan, pentingnya gaya hidup yang sehat untuk mencegah penularan HIV.
Pemkot Malang pun menyediakan layanan Mobile VCT yang beroperasi di beberapa titik melalui koordinasi komunitas-komunitas terkait. Husnul mengimbau, para penyintas HIV harus menjalani pengobatan dengan disiplin.
“Pengobatannya itu selamanya. Jadi (penekanannya, red) bagaimana klien kita tidak memberikan peluang untuk transmisi kepada yang lain” tegasnya. (bas/mzm)








