Sisi Lain Inklusivitas dan Internasionalisasi PK2MABA Raja Brawijaya 2025

Sisi Lain Inklusivitas dan Internasionalisasi PK2MABA Raja Brawijaya 2025
Prof Imam Santoso dan Dr Didik Utomo. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Dalam pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PK2MABA) Universitas Brawijaya (UB) selama sepekan, Senin-Jumat (11-15/8/2025). Terselip sisi lain inklusivitas dan internasionalisasi dalam Rangkaian Jelajah Almamater Brawijaya (RAJA Brawijaya) 2025. Dimana ada 51 mahasiswa disabilitas, penggunaan 5 (lima) bahasa internasional dan 97 mahasiswa asing yang berkuliah di Universitas Brawijaya (UB).

Wakil Rektor I UB, Prof Dr Ir Imam Santoso MP menyampaikan, UB merupakan kampus Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pionir yang ramah bagi penyandang disabilitas. Bukan hanya terkait sarana dan prasarana, namun juga memberikan layanan dan menerima mahasiswa difabel setiap tahunnya.

Bacaan Lainnya

“Pada penerimaan mahasiswa baru 2025, UB menerima 51 mahasiswa disabilitas melalui jalur khusus. Dimana mereka telah memenuhi syarat akademik, yang nantinya akan mendapatkan fasilitas pendampingan selama menjalani perkuliahan,” seru Prof. Imam, sapaan akrabnya, Senin (11/8/2025).

Harapan Prof. Imam, seluruh warga UB, termasuk mahasiswa baru memiliki kesadaran dan empati bahwa ada mahasiswa disabilitas dalam keluarga besar UB. Dimana nantinya mereka juga bisa membersamai dan melayani saudara kita yang disabilitas.

“Kita harus mampu melayani, berinteraksi, dan membangun komunikasi yang baik dengan mereka,” ucap Prof. Imam.

Selain inklusivitas, dalam upacara pembukaan PK2MABA UB ada penampilan penggunaan 5 (lima) bahasa internasional, yang merefleksikan UB sebagai World Class University. Penerimaan mahasiswa asing ini sejalan upaya internasionalisasi kampus, dimana UB telah bereputasi global peringkat 680 dunia versi QS World University Rankings.

“Selain itu, UB juga menerima mahasiswa asing, dimana tahun ini ada 97 mahasiswa asing dari berbagai negara. Baik yang dibiayai penuh beasiswa Kementerian Dikti maupun scholarship lain. Serta penggunaan bahasa asing utamanya Inggris, kemudian bahasa Jepang, Arab, Mandarin dan Perancis,” beber mantan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) ini.

Dengan inklusivitas dan Internasionalisasi, UB menjadi rumah bagi mahasiswa disabilitas dan mahasiswa asing dari berbagai negara. Keberagaman ini menjadi kekuatan UB dalam membangun lingkungan akademik yang terbuka dan multikultural.

“UB adalah kampus yang ramah difabel sekaligus memiliki keragaman global. Ini bagian dari ikhtiar kami menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan relevan dengan tantangan dunia,” tandasnya.

Sementara itu, Direktur International Office UB, Dr Didik Utomo menyampaikan, beasiswa fully funded atau dibiayai penuh mengcover banyak hal. Seperti biaya hidup, biaya kuliah, asrama, asuransi kesehatan dan tiket perjalanan pulang pergi.

“Beragam beasiswa yang diberikan, dan hampir semuanya fully funded. Seperti Brawijaya International School Scholarship (BISS), Kementrian Dikti, International Undergraduate Program (IUP), Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dan scholarship lainnya. Untuk BSIS, setiap fakultas diberikan porsi 1 fakultas untuk 1 mahasiswa asing sebagaimana amanat Rektor dan Dekan,” jelas Didik.

baca juga: 17.133 Maba UB Ikuti PK2MABA Raja Brawijaya 2025 secara Hybrid

Saat ini, dari 97 mahasiswa asing tersebut, sejumlah 55 mahasiswa sudah berada di UB dan sisanya 42 sedang menuju ke Indonesia dari negaranya masing-masing. Jumlah tersebut tersaring dari 4.000-an peminat yang mendaftarkan ke UB.

“Ada beberapa mahasiswa dari negara yang sudah sering mengirimkan ke UB, seperti Asia Timur, Pakistan, Jepang, Uzbekistan, Tajikistan, Palestina dan lainnya,” tandasnya. (rhd)

disclaimer

Pos terkait