• FORWADEK 2 UB inisiasi BICMST 2020
Kota Malang, SERU – Forum Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan (FORWADEK 2) UB mempelopori inovasi pendidikan pengembangan ilmu multi disiplin melalui kegiatan kolaborasi interdisipliner dalam seminar internasional Brawijaya International Conference on Multidisciplinary Science and Technology (BICMST), di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Kamis-Jumat (2-3/1/2020).
Rangkaian acara Dies Natalis ke-57 UB ini mengusung tema “Masa Depan Berkelanjutan untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam”. BICMST 2020 diikuti Iebih 350 peserta dari dalam maupun luar negeri. Dengan menghadirkan para pembicara, di antaranya Ms. Rebecca Britain (AS), Dr Akira Kikuchi (Jepang), Dr Mark Duncan (NZ), Prof Dr Gugus Irianto (WR2 UB), Prof Dr M Sasmito Djati (WR4 UB), Prof Dr Imam Santoso (Dekan FTP), Prof Dr Bambang Supriyono (Dekan FIA), Prof Dr Loeki Enggar Fitri (FK) dan Dr Endra Gunawan (ITB).
Ketua BICMST 2020, Prof Sukir Maryanto, SSi, MSi, PhD, mengatakan latar belakang konferensi ini merupakan perkembangan ilmiah yang terjadi di masyarakat dengan melahirkan studi multidisiplin, agar mampu menjangkau hampir semua mata pelajaran pengetahuan dan teknologi. “Pendekatan ilmu multidisiplin paling cocok untuk menangani kompleksitas masalah global, sekaligus solusi di Indonesia untuk tantangan yang kita hadapi. Termasuk berkaitan dengan perubahan iklim, pekerjaan, ekonomi kreatif, peningkatan kualitas SDM, pendidikan, media sosial, dan negosiasi antar lembaga,” ungkap Wakil Dekan II FMIPA ini.
Selain itu, lanjut Sukir, seminar internasional ini untuk mensupport rangking UB di level internasional. “Respon peserta cukup tinggi. Dari target 200 peserta, yang ikut 412 peserta dan lolos 371 proposal. Baik pendaftaran online dan offline. Sementara dari UB sendiri ada 94 artikel. Faktor animonya mungkin karena multi disiplin, terindeks scopus, liburan, dan lainnya,” tambah guru besar bidang Ilmu Vulkanologi dan Geothermal ini.
Saat didapuk membuka seminar internasional, Wakil Rektor IV UB, Prof Dr Ir Sasmito Djati, MS, mengatakan keilmuan multi disiplin sangat diperlukan di era saat ini. Pasalnya, jenis dan kesempatan pekerjaan berubah, sehingga penguasaan multi disiplin tanpa batas keilmuan, menjadikan pengembangan input dan output SDM disertai pembangunan karakter. “Ini sekaligus persiapan UB menjadi PTN BH.
Melalui pengembangan multidisiplin, sangat bermanfaat sebagai bekal di era saat ini. Contoh saya menguasai biologi, namun memungkinkan saya untuk belajar informasi. Karena job disknya membutuhkan kompetensi tersebut,” ungkapnya.
Dalam pemaparannya, Sasmito mengatakan, sebagian besar makanan tradisional Indonesia adalah rempah-rempah dan perasa. Dimana hampir semua rempah-rempah memiliki phyto-medicine yang efektif, dan memiliki potensi untuk mendukung kebiasaan hidup sehat. “Formulasi ilmiah diperlukan secara sinergis. Efek antagonis harus dideteksi secara holistik untuk obat herbal tradisional, karena itu dampak ganda bagi Indonesia, yaitu kebermaknaan tanaman endemik dan pelestarian mega-biodiversity,” bebernya, sembari mengangkat Tapak Liman, Daun Katuk, Mahkota Dewa, Lamtoro, dan lainnya.
Rebecca Brittain dari Departemen Antropologi di Rutgers, Universitas Negeri New Jersey, Amerika Serikat, mengusung nutrisi fluktuatif, mikrobioma usus, dan infeksi parasit pada orangutan liar di Borneo, Kalimantan Timur. Menurutnya, Orangutan Borneo terancam punah karena kelangkaan pangan yang tidak terduga hingga lebih dari satu tahun “Faktor kelaparan memaksa orangutan untuk beralih dari sumber makanan pilihan mereka, buah-buahan, ke makanan berserat yang jauh lebih sulit untuk dicerna, seperti kulit pohon dan empulur, dan daun dewasa,” ungkap Rebecca.
Adanya mikroba usus, berperan dalam pencernaan serat, dimana proses fermentasi mikroba menghasilkan molekul yang cepat diserap oleh organisme inang dan digunakan sebagai sumber energi langsung. “Harapannya, fermentasi mikroba dalam memenuhi kebutuhan energi selama periode ekstensif pengurangan asupan kalori, dapat mempertahankan kelangsungan hidup di tengah kepunahan,” tandasnya. (rhd)