• Tertinggi ketiga di Jatim, setelah Surabaya dan Jember
Kota Malang, SERU – Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0.50 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 137.60, pada Desember 2019. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, tercatat 8 kota mengalami inflasi, di antaranya Surabaya sebesar 0.60 persen; diikuti Jember 0.54 persen, Malang 0.50 persen, Kediri 0.47 persen, Sumenep 0.38 persen, Madiun 0.33 persen, Banyuwangi 0.29 persen, dan Probolinggo 0.28 persen.
“Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks kelompok pengeluaran. Dari tujuh kelompok pengeluaran di Kota Malang, 6 kelompok mengalami inflasi, 1 kelompok deflasi,” jelas Kepala BPS Kota Malang, Drs Sunaryo, MSi, dalam preskon di kantornya, Kamis (2/1/2020).
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1.03 persen. Diikuti kelompok bahan makanan sebesar 1.01 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0.34 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0.26 persen, kelompok kesehatan sebesar 0.23 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,05 persen.
“Sepuluh komoditas teratas yang memberikan andil terbesar inflasi pada Desember 2019 adalah telur ayam ras, tukang bukan mandor, bawang merah, kue kering berminyak, angkutan udara, rokok kretek, tomat sayur, mujair, bawang putih, ayam goreng,” beber Sunaryo, sembari menambahkan kelompok yang mengalami deflasi adalah sandang sebesar 0.36 persen.
Sementara, besarnya laju Inflasi ”year on year” untuk Desember 2019 terhadap Desember 2018 sebesar 1.93 persen. Tingkat Inflasi tahun ke tahun untuk Desember 2016 terhadap Desember 2017 dan Desember 2017 terhadap Desember 2018 masing-masing 3.75 persen dan 2.98 persen.
“Jika diperhatikan secara seksama, sejak tahun 2017 sampai periode 2019 angka inflasi year on year bulan Desember semakin mengecil dari tahun ke tahun. Secara spesifik, inflasi tahunan Kota Malang pada tahun 2019 sebesar 1,93 persen. Selama tahun 2019 dari tujuh kelompok pengeluaran, seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi,” imbuhnya.
Kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,5733 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0.4983 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar inflasi sebesar 0,2988 persen, kelompok sandang sebesar 0,2314 persen, kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,1932 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,0860, dan kelompok kesehatan sebesar 0,0532 persen.
“Secara umum, baik komoditas yang memicu maupun menghambat inflasi masih merupakan kondisi yang wajar. Kenaikan harga beberapa bahan makanan tertentu ditentukan oleh kondisi pasokan hasil panen yang ditentukan oleh kondisi iklim dan cuaca,” tandasnya. (rhd)