Kota Malang, SERU – Syuna Salimdra, tercatat sebagai seorang dokter berusia 20 tahun. Dokter asal Banjarmasin ini diambil sumpah dokter bersama 67 dokter lainnya, yang telah menuntaskan pendidikan profesi dokter dari Fakultas Kedokteran (FK) angkatan ke-40 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 26 Oktober 2019 lalu.
Syuna lulus Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) dengan nilai sangat memuaskan. Putra pasangan Buntoro Salimdra dan Marzuqoh ini tak hanya menjadi dokter termuda, namun dokter yang lahir pada 8 Mei 1999 ini berhasil meraih nilai terbaik UKMPPD Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dengan nilai 42,08 bersama dr. M. Ilham Akbar.
Sedangkan untuk UKMPPD Computer Based Test (CBT) terbaik diraih oleh dr. Rika Oktania Sari dan dr. Nungki Samahah Kurniawati dengan nilai 88,5. Untuk nilai IPK profesi terbaik dengan nilai 3,80 diraih oleh dr. Dzaky Ramadhan Hidayat. Angka kelulusan periode ini cukup memuaskan yaitu 93 persen, dan saat ini FK UMM tercatat telah meluluskan 1.269 dokter.
Proses akademiknya berlangsung cepat, karena ia mengikuti kelas akselerasi dari tingkat SD, SMP hingga SMA. Kemantapannya memilih Fakultas Kedokteran (FK) sudah ia tetapkan sejak duduk di bangku SMA. Ketika SMA, Syuna mengaku tak ada metode khusus dalam belajar, selain rajin dan tekun.
Ketika memasuki perguruan tinggi, tempo belajarnya ia sesuaikan. Selama lima semester, Syuna dipercaya untuk menjadi asisten dosen di laboratorium skill FK UMM. “Saya jadi asisten dosen mulai semester tiga sampai semester tujuh. Ternyata mengajar enak juga, apa yang diajar bisa lebih mudah diingat,” ujar pria yang bercita-cita menjadi dokter spesialis anastesi ini.
Bagi Syuna, dokter merupakan pekerjaan sangat mulia karena bisa menolong banyak orang. Cita-citanya menjadi dokter sudah muncul sejak kecil. Intensitasnya sering bertemu dokter anak lah yang membuatnya tertarik menjadi dokter. Kini mimpi telah tercapai, dr. Syuna berharap bisa menjadi dokter yang berguna bagi banyak orang, yang benar-benar membantu orang lain dengan keilmuan yang dimiliki, serta membuat bangga keluarga, teman, dan kerabat. “Saya melihat dokter dapat menyelamatkan hidup banyak orang, dari situ kemudian ketertarikan saya dimulai,” ungkapnya.
Selama proses pendidikan profesi, dokter yang hobi mendengarkan musik ini sempat mengalami kesulitan. Namun berkat usaha disertai dorongan orang tua Syuna mampu melalui kendala tersebut. “Stase yang paling berat menurut saya adalah stase Puskesmas, karena tugasnya yang cukup banyak ditambah dengan jadwal jaga yang padat. Tapi, Alhamdulillah, semua sudah terlewati,” tuturnya.
Syuna membuat tugas akhir dengan mengangkat fenomena penjual makanan yang menggunakan minyak jelantah untuk menggoreng. Dengan mengangkat judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Terhadap Perbaikan Histopatologi Sel Hepar Tikus Putih Yang Diinduksi Minyak Jelantah”, Syuna mencoba meneliti kerusakan hati yang disebabkan konsumsi makanan yang digoreng dengan minyak jelantah.
Pria yang sempat aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK UMM ini menjelaskan, penelitiannya ini bisa dimanfaatkan untuk manusia. Menurutnya, hati tikus memiliki kerja yang sama dengan hati manusia. Sehingga, jika konsumsi minyak jelantah secara terus menerus dapat merusak hati tikus, maka juga dapat merusak hati manusia. “Jika ekstrak daun pepaya dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada hati tikus, maka demikian halnya pada hati manusia,” tandas Syuna. (rhd)