Malang, SERU.co.id – Tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya (DM UB) melakukan sosialisasi upaya mitigasi bencana tanah longsor pada warga Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Salah satu Dosen UB, Prof Dr Sunaryo SSi MSi mengatakan, ada beberapa rekomendasi bagi warga terkait upaya mitigasi bencana. Salah satunya adalah ditemukan lokasi bidang longsor yang stabil dan tidak stabil.
“Sebagai upaya mitigasi bencana, maka lokasi yang bidang longsornya stabil (bagian timur-tenggara dari lokasi penelitian) dapat langsung direkomendasikan untuk digunakan sebagai tempat penampungan atau relokasi penduduk setempat,” seru Prof Sunaryo.
Selain Prof Dr Sunaryo SSi MSi, juga ada Prof Drs Adi Susilo, MSi PhD, Dr Ir Runi Asmaranto ST, MT dan Arief Andy Soebroto ST MKom, melakukan sosialisasi Doktor Mengabdi secara luring kepada warga.
Dusun Brau dipilih sebagai lokasi mitigasi, karena pada awal Februari 2021 lalu terjadi bencana alam tanah longsor. Bencana alam tersebut mengakibatkan warga menempati tenda keluarga di pengungsian yang telah disiapkan oleh BPBD Kota Batu.
Sedangkan lokasi yang tidak stabil, menurutnya, dapat dilakukan rekayasa sebagai upaya mitigasinya. Seperti mengurangi kelebihan ketebalan/beban batuan yang terdapat di atas bidang longsor pada lintasan yang tidak stabil.
Atau bisa membuat bangunan sipil berupa tembok penahan atau bor pile (paku bumi) sampai pada kedalaman minimal. Kemudian melakukan eco-engineering melalui penanaman vegetasi yang berakar paku dan/atau berakar merayap. Lalu melakukan pemasangan rambu-rambu dan EWS (Early Warning System), dan yang terakhir melakukan edukasi masyarakat (penerapan protocol mitigasi bencana).
Sedangkan Prof Drs Adi Susilo MSi PhD menjelaskan, temuan retakan-retakan yang ada di permukaan tanah dan bisa segera ditutup menggunakan lempung atau tanah. Serta bisa dinjak-injak saja, supaya aliran air tidak masuk ke retakan.
Di desa Brau, Tim DM rencananya juga akan membuat sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) yang dilengkapi dengan sensor musim hujan. Jika musim hujan, tampungan air di dalam tanah akan dialirkan agar mengendap lama didalam tanah.

Senada, Dr Ir Runi Asmaranto, ST MT menjelaskan, curah hujan sangat mempengaruhi longsor dan ada beberapa jenis tanah yang sensitif, seperti lempung. Istilahnya bahasa teknik itu tekanan air pori, jadi tanah lempung jika terkena hujan lebat terjadi dorongan air di dalam tanah yang tinggi. Massa tanahnya pun ikut jebol, berbeda dengan tanah pasir yang dorongannya rendah.
“Sehingga jika ada retakan, maka segera ditutup,” bebernya.
Arief Andy Soebroto ST MKom menambahkan, dari titik-titik kritis bisa diukur, seperti curah hujan tinggi sebagai parameter pertama dan kondisi tanah.
“Kalau kondisi tanahnya kering tidak ada hujan, mungkin tidak ada longsor. Nah disitu kita bisa tahu sensor endapan tanah. Pendeteksi sensor ini bisa mengetahui kandungan air yang ada di dalam tanah, kalau terlalu jenuh maka akan terjadi longsor,” beber Arief Andy.
Doktor Mengabdi merupakan salah satu program yang diadakan oleh Universitas Brawijaya untuk membantu kebutuhan atau mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. (jaz/rhd)
Baca juga:
- Perguruan Tinggi dan Kementerian P2MI Perkuat Kolaborasi untuk Pelindungan Pekerja Migran
- Pengendara Motor Tabrak Truk Menyeberang Satu Orang Meninggal
- UB Resmikan Rumah Budaya Indonesia ke-2 di Tiongkok sebagai Pererat Diplomasi Budaya
- Ekonomi Lesu, 10 Perusahaan di Kabupaten Malang PHK 281 Orang
- 7 Tips Membeli Produk Elektronik secara Online agar Tidak Salah Pilih