Kirab Budaya Bantengan 2025, Anggota DPRD Jatim Siadi: Ini Simbol Persatuan dan Warisan Leluhur

Kirab Budaya Bantengan 2025, Anggota DPRD Jatim Siadi: Ini Simbol Persatuan dan Warisan Leluhur di Lereng Arjuna
Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi Golkar, Siadi. (ist)

Malang, SERU.co.id – Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama DPRD Jawa Timur menggelar Kirab Budaya Bantengan 2025, sebuah perayaan budaya terbesar di Kabupaten Malang yang menampilkan 48 grup kesenian bantengan dari 12 desa di wilayah Lawang. Acara ini berlangsung pada Sabtu (8/11/2025) dengan rute kirab dari Patal hingga Polaman, serta terbuka gratis untuk masyarakat umum.

Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi Golkar, Siadi, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan, kirab budaya ini tidak hanya menjadi ajang hiburan rakyat, tetapi juga momentum memperkuat nilai-nilai tradisi dan spiritualitas masyarakat Jawa Timur.

Bacaan Lainnya

“Bantengan adalah simbol keberanian, persatuan, dan semangat gotong royong yang diwariskan leluhur kita. Kegiatan ini menunjukkan bagaimana masyarakat mampu menjaga budaya sekaligus menjadikannya daya tarik wisata yang bernilai ekonomi,” ujar Siadi di hadapan masyarakat Lawang.

Kirab Budaya Bantengan 2025, Anggota DPRD Jatim Siadi: Ini Simbol Persatuan dan Warisan Leluhur di Lereng Arjuna
Kirab Budaya Bantengan 2025 di Kabupaten Malang yang menampilkan 48 grup kesenian bantengan dari 12 desa di wilayah Lawang.

Acara ini disambut meriah oleh ribuan warga yang memadati sepanjang jalur kirab. Suara gamelan berpadu dengan sorak penonton, mengiringi puluhan kelompok bantengan yang menampilkan atraksi heroik dan ritual adat penuh makna.

Kehadiran para tokoh Muspika Lawang seperti Camat Lawang, Kapolsek Lawang AKP Ludli, Danramil, serta para kepala desa dan lurah sekecamatan Lawang menambah semarak suasana.

Dalam sambutannya, Siadi juga menyinggung tentang nilai sejarah dan kekayaan alam di wilayah Polaman dan sekitarnya. Ia mengisahkan, mata air Polaman memiliki hubungan erat dengan Gunung Arjuna, sebagaimana hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh tim dari Jepang saat dirinya bekerja di PT Otsuka Indonesia tiga dekade silam.

“Air dari sumber Polaman ini luar biasa. Berdasarkan penelitian ilmiah, mata airnya memang berasal dari Gunung Arjuna. Ini menunjukkan betapa kayanya alam kita, dan bagaimana kisah-kisah leluhur terbukti memiliki dasar yang kuat,” ungkapnya.

Tak hanya dari sisi ilmiah, Siadi juga menyoroti legenda dan mitos yang hidup di tengah masyarakat Polaman. Ia menuturkan kisah tentang Raja Jayakatwang dari Kediri yang menurut kitab Pararaton pernah diasingkan di wilayah tersebut dan sempat bertapa di gua Polaman.

Selain itu, mitos tentang ikan wader yang dipelihara oleh sosok gaib bernama Mbak Joyo Durso masih dipercaya oleh sebagian warga hingga kini.

“Cerita-cerita turun-temurun ini jangan hilang. Kita perlu mendokumentasikannya agar bisa diwariskan sebagai bagian dari identitas Lawang,” tegasnya.

Lebih jauh, Siadi mengajak masyarakat Lawang untuk mengembangkan potensi wisata berbasis budaya dan alam. Ia menyebutkan, Lawang memiliki banyak destinasi potensial, mulai dari wisata sejarah seperti Sumber Patirtan dan Candi di Srigading, hingga wisata alam seperti Coban di Pakatori dan lereng Mende yang indah.

“Kita punya Sabuk Arjuna, kawasan yang disebut sebagai bagian dari sabuk Gunung Arjuna. Ini adalah warisan alam dan budaya yang harus kita jaga bersama. Jangan mudah menebang pohon, karena alam ini bagian dari kehidupan dan warisan generasi berikutnya,” katanya.

Kegiatan Kirab Budaya Bantengan 2025 juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi warga setempat. Di sepanjang rute, tampak masyarakat menjajakan berbagai kuliner dan produk lokal seperti gorengan, rujak, kacang rebus, serta minuman tradisional. Siadi menyampaikan apresiasi kepada panitia yang memberikan seluruh hasil parkir dan pendapatan lingkungan kepada masyarakat sekitar.

“Saya bangga melihat warga bersemangat menjual produk-produk lokal. Semua parkir saya serahkan untuk lingkungan, tidak ada yang diambil panitia. Ini adalah bentuk gotong royong yang nyata,” ujarnya.

Dengan tajuk Telatah Lereng Arjuna, kirab budaya ini diharapkan menjadi agenda tahunan yang memperkuat identitas budaya Jawa Timur, khususnya di Lawang. Selain menampilkan kesenian bantengan, acara ini juga menjadi wadah pelestarian nilai-nilai sejarah, mitos, dan kearifan lokal yang menyatu dengan kehidupan masyarakat lereng Arjuna.

“Melalui acara ini, kita tidak hanya menjaga budaya, tapi juga menghidupkan ekonomi rakyat dan memperkenalkan Lawang sebagai destinasi wisata budaya yang unggul di Jawa Timur,” pungkas Siadi. (arc/ono)

 

 

disclaimer

Pos terkait

iklan KKB Bank jatim