Malang, SERU.co.id – Volume sampah harian di Kota Malang melonjak menjadi sekitar 720 ton per hari selama Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kawasan Kayutangan Heritage menjadi fokus penanganan intens, karena menjadi penyumbang terbesar dari sektor wisata.
Plh Kepala DLH Kota Malang, Drs Gamaliel Raymond Hatigoran Matondang M MAP mengungkapkan, volume sampah harian saat Nataru bertambah sekitar 15-20 ton. Adapun saat hari biasa, volume sampah mencapai sekitar 700 ton per hari. Artinya, saat Nataru terjadi lonjakan menjadi sekitar 720 ton per harinya.
“Lonjakan sampah dipicu meningkatnya aktivitas masyarakat serta tingginya jumlah pendatang yang berlibur ke Kota Malang. Kenaikan tersebut merupakan pola yang selalu terjadi setiap musim libur panjang,” seru Raymond, saat dikonfirmasi, Jumat (26/12/2025).
Raymond mengatakan, jumlah truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA Supit Urang berkisar antara 160 hingga 178 truk per hari. Namun saat Nataru, jumlah tersebut diperkirakan meningkat hingga sekitar 200 truk per hari.
“Sebenarnya secara personel dan kendaraan tidak ada penambahan. DLH Kota Malang hanya meningkatkan frekuensi pengambilan sampah di lapangan, serta menambah jam kerja dan lembur,” ungkapnya.
Di kawasan wisata, konsentrasi sampah pada Nataru tahun ini diperkirakan lebih banyak di kawasan Kayutangan Heritage. Pasalnya, Alun-alun Kota Malang masih dalam tahap rehabilitasi. DLH pun menyesuaikan jadwal pengangkutan sampah di kawasan tersebut.
“Biasanya pengambilan sampah di Kayutangan dilakukan pukul 02.00 hingga 06.00 WIB. Saat Nataru, kami instruksikan pengambilan juga dilakukan malam hari untuk mengurangi penumpukan sampah, karena pengunjung sangat ramai,” tuturnya.
Peningkatan sampah tidak hanya berasal dari limbah rumah tangga, tetapi juga dari sampah perapian dan penebangan pohon yang dilakukan masyarakat.
“Kami turut membantu pengangkutan sampah tersebut, khususnya sampah tanaman yang langsung diolah melalui proses composting di TPA Supit Urang,” jelasnya.
Selain itu, berdasarkan evaluasi tahun-tahun sebelumnya, titik penumpukan sampah paling banyak berada di TPS sekitar kawasan perguruan tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas mahasiswa yang menerima kunjungan keluarga. Serta meningkatnya penggunaan layanan pesan antar makanan yang menghasilkan sampah plastik.
“Secara wilayah memang relatif merata. Tapi yang paling tinggi volumenya ada di Kecamatan Blimbing, Lowokwaru dan sebagian Kecamatan Sukun,” bebernya.
Prediksi kenaikan sampah ini, lanjutnya, didasarkan pada data timbangan harian truk yang masuk ke TPA Supit Urang. Setiap masa liburan, selalu tercatat adanya peningkatan volume sampah dibandingkan hari normal. (bas/rhd)
sampah di Kota Malang, sampah Nataru, Kayutangan Heritage,








