Batu, SERU.co.id – Suara “horeg” sering diasosiasikan sebagai suara musik atau audio yang sangat kencang, terutama dengan bass yang menggelegar. Hal ini biasa ditemui di konser, festival, atau acara hiburan lainnya. Dinas Kesehatan (Dinkes) Batu berbagi informasi tentang efek negatif “paparan” sound Horeg pada kesehatan manusia.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, Dr. Susana Indahwati mengatakan, meskipun bisa sangat menghibur, paparan suara “horeg” yang berlebihan dan dalam jangka panjang dapat memiliki berbagai efek negatif pada kesehatan. Hak ini terutama pada sistem pendengaran dan kesehatan secara keseluruhan.
“Beberapa efek kesehatan yang mungkin timbul akibat paparan suara “horeg”: antar lain adalah gangguan pendengaran. Ini adalah efek yang paling langsung dan umum,” serunya.
Dokter Susan menerangkan, efek lainnya adalah telinga berdenging atau mendesis (Tinnitus). Gangguan pada indra pendengaran ini Ini bisa bersifat sementara, tetapi pada paparan berulang, tinnitus bisa menjadi permanen dan sangat mengganggu. Efek yang lebih berat lagi adalah kehilangan Pendengaran Sementara (Temporary Threshold Shift – TTS).
“Pendengaran bisa terasa meredup atau kurang peka setelah terpapar suara keras. Biasanya akan pulih dalam beberapa jam atau hari, namun ini adalah tanda bahwa telinga Anda sedang stres,” ungkap wanita yang juga Ketua Komisariat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Batu itu.
Belum sampai disitu saja, namun dokter Susan juga menyebutkan, paparan sound Horeg juga dapat mengakibatkan kehilangan pendengaran permanen (Permanent Threshold Shift – PTS). Paparan suara keras secara berulang atau sangat intens dalam satu waktu dapat merusak sel-sel rambut halus di koklea (rumah siput) telinga bagian dalam secara permanen. Kerusakan ini tidak dapat diperbaiki dan mengakibatkan kehilangan pendengaran sensorineural yang bersifat permanen
“Di mana kemampuan mendengar frekuensi tertentu (terutama frekuensi tinggi) akan menurun,” tegas wanita berkacamata dan berjilbab ini.
Dokter Susan juga menambahkan, Hiperakusis juga dapat terjadi bagi mereka yang terpapar sound secara berlebihan itu. Hiperakusis sendiri adalah kondisi di mana seseorang menjadi sangat sensitif terhadap suara. Bahkan suara normal pun terasa sangat keras atau menyakitkan.
“Suara keras juga dapat memicu respons stres pada tubuh, yang menyebabkan peningkatan adrenalin, detak jantung, dan tekanan darah, termasuk peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan stroke, meskipun mekanisme pastinya masih diteliti,” imbuhnya.
Gangguan Tidur dan kualitas tidur yang menurun juga bisa menjadi efek lain, termasuk masalah psikologis dan emosional serta berakibat peningkatan stres dan kecemasan. Kebisingan yang berlebihan dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan, bahkan memicu serangan panik pada individu yang rentan.
“Paparan suara yang mengganggu dapat membuat seseorang mudah marah atau jengkel, atau juga bisa .enurunan konsentrasi dan produktivitas,” tambahnya lagi.
Untuk mengantisipasi efek samping dari paparan Sound Horeg tersebut, ia menyarankan penggunaan pelindung Telinga/ Earplug. Alat ini sangat efektif untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke telinga.
“Batasi Waktu Paparan, hindari berada di area dengan suara sangat keras terlalu lama atau jaga Jarak dengan berdirilah agak jauh dari sumber suara (speaker),” pungkasnya. (dik/ono)