Budidaya Maggot, Jadi Solusi Pengurai Sampah Organik

Maggot selama 45 hari, tepung coklat dijadikan pupuk organik, belatung dijadikan makanan unggas. (ws4) - Budidaya Maggot, Jadi Solusi Pengurai Sampah Organik
Maggot selama 45 hari, tepung coklat dijadikan pupuk organik, belatung dijadikan makanan unggas. (ws4)

Malang, SERU.co.id – Sampah adalah problem yang belum terselesaikan hingga saat ini. Salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yakni dengan budidaya maggot, yang fokus untuk memisahkan dan mengurai sampah organik rumah tangga.

Selain untuk mengurai sampah organik, dengan budidaya maggot, lingkungan menjadi bersih karena maggot tidak mengandung penyakit. Pupa dari ulat maggot  dapat dijadikan bahan industrial yakni cat dan cangkang kapsul yang biasa dikonsumsi saat meminum obat.

Bacaan Lainnya

“Satu kilogram maggot mampu menghabiskan lima sampai sepuluh kilogram sampah organik,” seru Ketua kader lingkungan Kelurahan Cemorokandang, Yusuf Karyawan yang juga Pimpinan Bank Sampah Eltari M230 Kota Malang.

Ketua kader lingkungan Kelurahan Cemorokandang, Yusuf Karyawan saat menunjukkan lalat, Maggot dan fermentasi sampah organik. (ws4) - Budidaya Maggot, Jadi Solusi Pengurai Sampah Organik
Ketua kader lingkungan Kelurahan Cemorokandang, Yusuf Karyawan saat menunjukkan lalat, Maggot dan fermentasi sampah organik. (ws4)

 Yusuf Karyawan yang sejak 2013 sudah membudidayakan Maggot menceritakan awal kepeduliannya dengan sampah karena melihat sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Kota Malang. Ditambah setelah tragedi TPA Leuwigajah Kota Bandung meledak 2021 lalu, menimbulkan ratusan korban akibat gas Metan yang ditimbulkan dari sampah yang menumpuk.

“Dua desa hilang dari peta, 157 nyawa hilang karena sampah organik yang menumpuk di TPA menimbulkan gas Metan. Jangan sampai TPA Supit Urang di Malang mengalami hal yang sama, cara mengatasinya ya dengan budidaya ulat Maggot,” jelasnya.

Pria yang akrab disapa Yusuf ini, menjelaskan cara budidaya Maggot, sehingga dapat diterapkan mulai lingkup Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) bahkan rumah tangga. Diharapkan siapapun memiliki kesadaran, memisahkan sampah organik dengan sampah lainnya, untuk memulai budidaya Maggot.

“Minimal di rumah punya tiga kantong kresek. Untuk organik, anorganik dan sampah residu atau limbah yang tidak diterima oleh bank sampah,” harapnya.

Cara budidaya Maggot sangat sederhana. Lalat setelah kawin, satu sampai dua hari kemudian pejantannya akan mati, sama halnya dengan lalat betina, setelah bertelor dua hari akan mati, telornya diambil, kemudian ditetaskan sebanyak tiga gram, tunggu hingga 14 hari.

Sebelum penetasan, siapkan sampah organik yang telah dikumpulkan seperti sisa nasi, makanan dan sayuran ke dalam wadah, fermentasi satu minggu. Masukkan baby Maggot yang telah ditetaskan, tutup rapat dan tunggu sepuluh hari, jadilah limbah dengan belatung, dinamakan Kasgot.

Kasgot bisa dijadikan pupuk organik tanaman dan belatung yang dipanen dapat dijadikan makanan alternatif ikan dan unggas, karena Maggot mengandung 40 persen protein. Apabila tidak untuk konsumsi kandang unggas, bisa untuk dikembangkan menjadi lalat kembali, dinamakan re-pupa, siklus ini berlangsung selama 45 hari.

“Harapannya dapat bijak mengelola sampah, dalam lingkup RT (rumah tangga), karena produsen sampah bukan berarti ibu saja, kebetulan ibu ada di dapur tapi juga bapak dan anak. Sehingga kalau bersama-sama masalah sampah akan bisa tertangani,” harapnya. (ws4/ono)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait