Pemkot Malang Perkuat Urban Farming Terintegrasi untuk Tekan Angka Stunting

Pemkot Malang Perkuat Urban Farming Terintegrasi untuk Tekan Angka Stunting
Kepala Dispangtan Kota Malang menjelaskan, upaya menekan angka stunting juga dilakukan dengan penguatan urban farming. (Seru.co.id/bas)

Malang, SERU.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menegaskan komitmennya terhadap penurunan angka stunting. Salah satunya melalui program penguatan ketahanan pangan berbasis keluarga dan lingkungan, yakni urban farming.

Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan mengungkapkan, penekanan stunting sesuai arahan Wali Kota Malang dilakukan secara lintas sektor (crosscutting). Intervensi yang dilakukan pihaknya difokuskan pada pengembangan urban farming yang terintegrasi antara budidaya tanaman, perikanan, dan peternakan skala perkotaan.

Bacaan Lainnya

“Melalui urban farming terintegrasi ini, keluarga bisa mendapatkan sumber gizi secara mandiri, baik protein maupun sayur-mayur. Proteinnya bisa berasal dari ikan dan telur, sedangkan kebutuhan vitamin dan mineral dipenuhi dari sayuran,” seru Slamet, saat dikonfirmasi, Sabtu (13/12/2025).

Dispangtan juga melakukan intervensi langsung kepada keluarga yang memiliki anak berisiko stunting maupun anak stunting. Prioritas penanganan stunting dilakukan dengan memetakan wilayah, alamat keluarga sasaran, serta kebutuhan yang diperlukan.

“Kami memberikan pendampingan berupa pelatihan dan monitoring terhadap kelompok urban farming, baik yang baru dibentuk maupun yang telah berjalan. Kelompok baru umumnya berasal dari usulan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) maupun pokok-pokok pikiran (Pokir) DPRD,” ungkapnya.

Untuk sektor perikanan, Pemkot Malang mengarahkan budidaya ikan nila dan lele sebagai komoditas utama. Ikan nila dinilai memiliki kandungan gizi tinggi, sehingga efektif mendukung intervensi penurunan stunting.

“Sementara pada sektor peternakan, intervensi dilakukan melalui produksi telur dari ternak skala perkotaan. Komoditas telur merupakan salah satu bahan makanan yang bergizi dan mudah dikembangkan,” ujarnya.

Slamet mengatakan, kelompok budidaya ikan di Kota Malang terus bertambah setiap tahun dan telah tersebar di 57 kelurahan. Adapun kelompok urban farming tercatat sebanyak 115 kelompok dan terus mengalami penambahan seiring berkurangnya lahan pertanian perkotaan.

“Konsep pertanian ke depan memang harus menyesuaikan dengan kondisi kota. Urban farming menjadi solusi, agar ketahanan pangan tetap terjaga meski lahan semakin terbatas,” terangnya.

Untuk mendukung keberlanjutan, Pemkot Malang berupaya memfasilitasi kelompok urban farming dengan pihak swasta melalui program CSR. Selain itu, pihaknya membentuk Ngalam Farmer Market yang mewadahi petani, peternak milenial dan pembudidaya ikan untuk menghimpun serta memasarkan produknya.

“Kolaborasi juga dibuka dengan PHRI, supaya produk urban farming dapat diserap oleh hotel-hotel di Kota Malang. Meski demikian, masih ada tantangan keberlanjutan kegiatan urban farming, terutama dalam menjaga konsistensi produksi untuk konsumsi mandiri dan pemasaran,” tandasnya. (bas/mzm)

 

disclaimer

Pos terkait

iklan KKB Bank jatim