Lima Arahan Wali Kota Batu pada Peserta Apel Siaga Bencana Hidrometeorologi

Lima Arahan Wali Kota Batu pada Peserta Apel Siaga Bencana Hidrometeorologi
Simulasi penanganan bencana yang dilakukan di Mall Pelayanan Publik (MPP) Balai Kota Among Tani Pemkot Batu. (ist)

Batu, SERU.co.id – Wali Kota Batu, Nurochman, menggarisbawahi pentingnya langkah preventif dan bukan sekadar reaktif dalam penanganan bencana. Hal ini disampaikannya dalam apel kesiapan tanggap darurat bencana hidrometeorologi di Balai Kota Among Tani, Selasa (11/11/2025).

Dalam sambutannya, Wali Kota Batu menekankan fokus utama pada lima arahan yang harus segera diimplementasikan seluruh komponen di Kota Batu. Nurochman menegaskan, untuk mewujudkan “Mbatu Sae Tangguh Bencana,” keberhasilan penanggulangan bencana terletak pada kolaborasi yang kuat dan kesadaran diri masyarakat. Oleh karena itu ​Wali Kota Nurochman secara spesifik meminta seluruh jajaran dan masyarakat untuk memfokuskan upaya pada lima poin strategis.

Bacaan Lainnya

“Semua pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, hingga media, untuk menyatukan sumber daya siaga bencana demi respons yang terpadu,” serunya.

​Kesiapsiagaan bencana, menurut Nurochman harus dimulai dari tingkat individu dan komunitas. Hal ini diwujudkan melalui sosialisasi, pelatihan, dan simulasi yang masif untuk membangun kesadaran kolektif. Diperlukan kesamaan pandangan dan perencanaan dalam mengurangi risiko bencana.

“Ini bertujuan agar setiap program mitigasi berjalan efektif dan tidak tumpang tindih,” sebut Cak Nur sapaannya.

Selanjutnya menurut Wali Kota, informasi kesiapsiagaan dan peringatan dini harus dijamin mencapai desa dan kelurahan. Hal ini vital untuk memastikan respons cepat di wilayah rawan. Area-area yang teridentifikasi rawan bencana wajib memiliki Posko siaga aktif dan sistem peringatan dini yang berfungsi optimal, berbasis data bencana terkini.

“Data bencana menunjukkan dominasi bencana hidrometeorologi, seperti tanah longsor 57 persen, angin kencang 25 persen dan terus meningkat dari 122 kejadian di tahun 2024 menjadi 149 kejadian hingga Oktober 2025,” ungkapnya.

Cak Nur menambahkan, penanganan bencana tidak boleh lagi bersifat reaktif, tetapi harus berubah menjadi preventif. Oleh karena itu ia mengajak seluruh elemen untuk menjadikan lima arahan tersebut sebagai panduan utama dalam menghadapi puncak musim hujan. Yang diprediksi BMKG terjadi antara November 2025 hingga Januari 2026.

“Kesiapsiagaan dan kesadaran diri adalah kunci agar kita mampu meminimalkan dampak dan korban bila bencana datang,” pungkas Nurochman.

​Kegiatan apel ini dilanjutkan dengan simulasi tanggap darurat yang diharapkan menjadi implementasi nyata dari sinergi lintas sektor yang telah diarahkan. (dik/mzm)

 

disclaimer

Pos terkait

iklan KKB Bank jatim