Malang, SERU.co.id – Perkembangan ekonomi domestik (Indonesia) masih lebih baik dibandingkan ekonomi global (dunia). Meski secara umum di tahun 2022, pertumbuhan ekonomi domestik dan global sama-sama masih dalam kondisi baik. Namun, setelah membaik di 2022, pertumbuhan ekonomi global 2023 diprakirakan lebih rendah dari prakiraan, bahkan disertai risiko resesi di beberapa negara.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Samsun Hadi mengatakan, revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi terjadi di sejumlah negara maju, terutama AS, Eropa, dan Tiongkok. Perlambatan ekonomi global dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik yang memicu fragmentasi perekonomian. Serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif.
“Pasalnya, perang Ukraina vs Rusia, dan gejolak perang lain semakin memanas. Tentu akan menarik atau berpengaruh kepada negara lain. Seperti sanksi ekonomi, embargo dan lainnya,” seru Samsun, sapaannya, dalam Capacity Building dan Media Gathering Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang, beberapa waktu lalu.
Artinya, secara umum perekonomian Indonesia masih relatif lebih baik dibandingkan negara lain. Namun, jika ditelusuri secara data pada tahun 2023, akan lebih rendah dari perkiraan, dengan resiko tak bisa diprediksi. Sehingga perekonomian domestik dan global pada tahun 2023 tak bisa diprediksi.
“Dampak rambatan dari fragmentasi ekonomi global diprakirakan juga akan menyebabkan perlambatan ekonomi di EMEs,” imbuh Samsun.
Penyebab lainnya, tekanan inflasi dan inflasi inti global masih tinggi seiring berlanjutnya gangguan rantai pasokan. Tekanan inflasi global masih tinggi akan mendorong bank sentral di banyak negara menempuh kebijakan moneter yang lebih agresif. Sehingga mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS, dan memberikan tekanan pelemahan atau depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
“Tekanan pelemahan nilai tukar tersebut semakin tinggi dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat. Dan di negara EMEs, termasuk Indonesia, diperberat pula dengan aliran keluar investasi portofolio asing,” masygulnya.