Malang, SERU.co.id – Lonjakan harga pangan menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026 kembali menyoroti kerentanan sistem ketahanan pangan nasional. Alih-alih hanya menyalahkan cuaca, Dosen Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ary Bakhtiar, M.Si., IPM., Asean Eng, mendesak pemerintah untuk beralih dari solusi jangka pendek ke penguatan sistem pangan yang berkelanjutan dan terstruktur.
Ary Bakhtiar, yang juga seorang praktisi petani, mencatat adanya harga komoditas utama seperti cabai, melonjak dari Rp20.000 menjadi Rp73.000 per kilogram. Ia menyebutnya adalah sebuah manifestasi dari kegagalan tata kelola di tingkat produksi dan distribusi. Diperburuk lagi oleh cuaca ekstrem dan peningkatan permintaan jelang hari besar.
”Kenaikan ini dipicu oleh kombinasi antara cuaca ekstrem, terganggunya distribusi, serta penurunan produksi. Sementara itu, ibu-ibu kini hanya mampu membeli seperempat kilogram cabai,” serunya.
Ary menekankan, pemerintah harus hadir lebih kuat untuk melindungi tiga elemen kunci dalam rantai pasok yakni petani, infrastruktur, dan konsumen. Ia mengusulkan tiga pilar solusi strategis, yang bertujuan mengatasi masalah sepanjang tahun, bukan hanya saat terjadi krisis.
Pemerintah pun harus memperkuat perlindungan bagi petani, termasuk menyediakan teknologi pengendalian hama berbasis cuaca, serta menjamin akses pupuk dan bibit yang stabil.
“Hal ini vital untuk mengatasi penurunan produksi akibat perubahan iklim,” serunya.
Ary juga menyoroti pentingnya peningkatan infrastruktur distribusi yang tangguh. Perbaikan ini diperlukan agar pasokan pangan dari sentra produksi tidak terhambat saat terjadi cuaca ekstrem, memastikan pasokan tetap lancar ke pasar. Sedangkan untuk menstabilkan harga dalam jangka pendek, pemerintah daerah dan pusat diwajibkan menyiapkan operasi pasar dan cadangan pangan darurat.
“Khususnya untuk komoditas yang paling sensitif terhadap lonjakan harga, seperti cabai dan bawang,” tuturnya.
Ary Bakhtiar berharap, lonjakan harga kali ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem secara fundamental.
”Saya berharap pemerintah dapat memperkuat sistem pangan kita, bukan hanya saat krisis atau menjelang hari besar, tetapi sepanjang tahun,” Imbuhnya.
Ary juga menambahkan, menurutnya, kunci untuk menciptakan ketahanan pangan yang benar-benar tangguh adalah perencanaan yang matang, dukungan teknologi, dan pendampingan yang konsisten.
“Sehingga petani, UMKM, dan konsumen dapat sama-sama mendapat perlindungan dari volatilitas harga,” jelasnya. (dik/ono)








