​Eyang Tati, Penjaga Warisan Batik Singosari Berpulang, Tinggalkan Filosofi Pancasila dalam Karya Seni

Eyang Tati, Penjaga Warisan Batik Singosari Berpulang, Tinggalkan Filosofi Pancasila dalam Karya Seni
Tati Soephihajarniwati selama masa hidupnya didedikasikan untuk melestarikan Batik. (ist)

​Malang, SERU.co.id – Dunia seni dan budaya Malang Raya berduka atas wafatnya Tati Soephihajarniwati, yang dikenal luas sebagai Eyang Tati, sosok legendaris pelestari Batik Singosari. Eyang Tati mengembuskan napas terakhir di usia senja 93 tahun, meninggalkan warisan seni dan filosofi luhur yang tak ternilai harganya bagi bangsa.

​Eyang Tati mendedikasikan lebih dari dua dekade hidupnya untuk melestarikan dan mengembangkan Batik Singosari dari Desa Randuagung, Kecamatan Singosari. Meskipun fisiknya renta, semangatnya tak pernah padam. Beliau bahkan masih aktif mengajar membatik kepada para lansia sebagai pembina Karang Werda Pandu Dewanata.

Bacaan Lainnya

Kepergian Eyang Tati menyisakan kesedihan mendalam di kalangan seniman dan budayawan Malang. Budayawan senior Malang, Sadana Devi mengungkapkan duka citanya, menyebut Eyang Tati sebagai pribadi yang tangguh, berdedikasi, serta memiliki jiwa pendidik dan pembimbing yang penuh welas asih.

​”Saya sempat berguru (“nyantrik”) kepada Eyang Tati selama sepuluh tahun (sejak 2016), saya selalu teringat akan semboyan beliau, “Sekali melempar batu, harus kena sasaran. Jika kita punya tujuan, harus kita upayakan dengan komitmen dan upaya bersungguh-sungguh hingga sampai pada tujuan,” serunya.

​Eyang Tati, Penjaga Warisan Batik Singosari Berpulang, Tinggalkan Filosofi Pancasila dalam Karya Seni
adana Devi saat bersama Eyang Tati. (ist)

​Semasa hidupnya, Eyang Tati menciptakan enam motif batik khas Singosari yang kental dengan nilai-nilai luhur, termasuk filosofi Rukun Iman dan Pancasila. Tiga motif utamanya, yaitu Adi Luhung, Trisila, dan Paripurna, terangkum dalam stelasi aksesori Ken Dedes Prayitna Paramitha.

​Karya-karya ini bukan sekadar hiasan; motif Adi Luhung yang paling dikenal, misalnya, mewakili filosofi kekeluargaan (big family) dan kesetaraan dalam rumah tangga. Bahkan, motif Adi Luhung ini kini digunakan sebagai media pendidikan Budi Pekerti Luhur yang mengarah pada wawasan dan ideologi bangsa. Yakni Pancasila, melalui batik Tulis dan Cap, Wangsa Singhasari.

​Warisan karya Eyang Tati telah diakui secara hukum, terbukti dari perolehan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada tahun 2017. ​Ia akan selalu dikenang sebagai tokoh budaya yang tak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga berhasil membawa nama Batik Singosari hingga ke kancah internasional. Hal ini mewujudkan pesan luhur yang pernah diterimanya langsung dari Bung Karno. Warisan seni dan filosofi yang ia tinggalkan akan terus menjadi panduan dan inspirasi bagi generasi penerus. (dik/ono)

 

disclaimer

Pos terkait

iklan KKB Bank jatim