Manipulasi Habitat, Permudah Identifikasi Hama Tanpa Pestisida

Prof Dr Ir Bambang Tri Rahardjo, SU, menyampaikan pidato pengukuhan. (ist)

• Sembarangan gunakan Pestisida, merusak keseimbangan alam

Kota Malang, SERU – Hama tanaman seringkali rancu dengan pengertian penyakit tanaman. Padahal pengertian hama adalah binatang yang menyebabkan unsur kerugian secara ekonomi. Sehingga, suatu tanaman rusak karena dimakan binatang, tetapi tidak menimbulkan kerugian ekonomi, berarti binatang tersebut bukan dikategorikan sebagai hama.

Baca Lainnya

Hal tersebut diungkapkan oleh Prof Dr Ir Bambang Tri Rahardjo, SU, dalam pidato pengukuhan Guru Besar sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Hama Tanaman, di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB), Rabu (20/11/2019). Bambang merupakan Profesor aktif ke-41 dari Fakultas Pertanian (FP) UB, Profesor aktif ke-177 di UB, serta Profesor ke-254 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh UB.

“Sebagai contoh, serangan ulat Tricula Trifenestrata pada tanaman alpukat dimana mampu menghabiskan seluruh daun tanaman. Namun, justru dampaknya tanaman berbuah Iebat, karena kotoran (fras) yang dihasilkan memberikan tambahan nutrisi bagi tanaman alpukat itu sendiri,” jelas Prof Dr Ir Bambang Tri Rahardjo, SU, yang mengusung pidato pengukuhan bertajuk “Era Baru Pengelolaan Hama Tanaman dengan Manipulasi Habitat”.

Prof Dr Ir Bambang Tri Rahardjo, SU, menjawab pertanyaan awak media, sebelum pengukuhan. (rhd)

Salah pengertian terhadap definisi hama, menyebabkan masyarakat begitu khawatir bahwa setiap binatang pasti akan menjadi masalah (entomophobia). Selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan pestisida untuk menghilangkannya. ”Sampai saat ini, umumnya petani masih menggunakan pestisida secara intensif dalam sistem budidaya tanaman, sehingga berdampak buruk. Karena tak hanya binatang yang diduga hama, namun juga matinya berbagai jenis binatang bermanfaat,” jelas Prof Bambang, yang menjelaskan pentingnya manipulasi habitat dalam perspektif pengelolaan hama tanaman.

“Bisa dilakukan tes apakah ulat bermanfaat atau tidak (hama, red). Ketika diberi daun atau buah (makanan), jika dimakan berarti itu hama. Namun, jika tidak merespon, itu bukan jenis hama. Sama halnya, ketika kita berteduh di teras rumah orang lain saat malam hari. Tujuannya berteduh bukan berniat jahat. Seperti itu juga mengkategorikan ulat itu hama atau bukan,” paparnya.

Disebutkannya, alam telah menyediakan faktor pengendali alami (natural control), tetapi terabaikan akibat sistem budidaya tanaman yang tidak ramah lingkungan. Perlu upaya untuk menumbuh kembangkan faktor pengendali alami melalui manipulasi habitat (Ecological engineering), sehingga keseimbangan alam akan kembali normal.

“Contohnya di Cilacap, ada peraturan daerah agar menjaga keseimbangan alam. Petani diberi burung hantu untuk mengendalikan tikus. Karena kemampuannya, semalam burung hantu tersebut bisa memakan 15 hama tikus. Sayangnya, masyarakat tidak paham fungsi burung hantu, sehingga sering ditembaki. Keseimbangan alam pun terganggu. Perlu sosialisasi dan edukasi lebih kepada masyarakat,” bebernya.

Bersama Prof Dr Ir Yayuk Yuliati, MS, yang juga dikukuhkan sebagai profesor. (rhd)

Manipulasi habitat merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan keseimbangan alam dalam agroekosistem. Berbagai contoh pengendalian hama melalui manipulasi habitat,  antara lain budidaya tanaman sehat atau pertanian organik, pertanian ramah lingkungan, penanaman tumbuhan untuk menarik serangga bermanfaat, seperti tanaman sejenis sawi, bunga matahari, wortel, marigold, jagung, dan tanaman buncis.

“Kajian tentang manipulasi habitat pada tanaman pertanian masih terus dilakukan sampai diperoleh model yang konsisten berdasarkan kondisi agroekologi setempat. Perlu diusulkan masuk dalam Undang-undang Sistem Budidaya Tanaman, yang mungkin salah satu klausulnya adalah mengatur tentang pentingnya melakukan manipulasi habitat dalam suatu kawasan/landskap,” harapnya.

Contoh dalam kehidupan masyarakat awam yang seringkali terjadi, yaitu menggunakan bahan kimia (semprotan serangga berbagai merk, red) untuk mengusir serangga di rumah. “Padahal alam telah menyediakan solusinya. Jika ditemukan hama atau serangga di rumah, cukup berikan air cengkeh atau tembakau. Kemudian saring dan semprotkan. Bisa juga gunakan kulit bawang putih atau kemangi sebagai rippalen,” tandasnya. (rhd)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *