Jakarta, SERU.co.id – Hubungan Indonesia dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) mulai mencair. Ketua Umum NOC Indonesia mengungkapkan hasil positif dari pertemuan diplomatik dengan IOC. Pertemuan itu menjadi langkah awal memperbaiki komunikasi dan membuka kembali ruang kerja sama Indonesia di kancah olahraga dunia.
Pertemuan itu menjadi langkah penting setelah polemik penolakan visa atlet Israel di Kejuaraan Dunia Senam Artistik Jakarta. Hal tersebut sempat membuat hubungan Indonesia dengan dunia olahraga internasional memanas.
“Kami menyampaikan secara terbuka dan diplomatis kepada IOC tentang situasi di Indonesia. Mulai dari kebijakan pemerintah, kondisi sosial, hingga upaya menjamin kelancaran kejuaraan dunia gimnastik,” seru Ketua NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari, dikutip dari NOC Indonesia, Rabu (29/10/2025).
Menurut Okto, IOC menerima penjelasan Indonesia dengan baik. IOC menunjukkan sikap terbuka terhadap komunikasi lanjutan.
“Diplomasi kami berjalan sangat baik. Kami memberikan pemahaman menyeluruh mengenai situasi yang ada, dan hasilnya positif. Ini menjadi titik temu baru untuk melanjutkan dialog secara konstruktif,” katanya.
Ia menegaskan, fokus utama kini bukan lagi pada insiden masa lalu. Melainkan mencari solusi berkelanjutan agar Indonesia tetap berperan aktif di kancah olahraga dunia.
“Kami berhasil memperbaiki jalur komunikasi dengan IOC. Mereka memahami posisi Indonesia. Kami pun memahami tanggung jawab IOC menjaga prinsip non-diskriminasi. Kini saatnya melangkah bersama ke depan,” lanjut Okto.
Diberitakan sebelumnya, IOC secara resmi menangguhkan seluruh pembahasan kerja sama dengan Indonesia. Termasuk rencana pencalonan sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2036. Keputusan itu diambil setelah pemerintah Indonesia menolak visa bagi atlet Israel yang akan bertanding di Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta.
Dalam pernyataannya pada laman resmi, IOC menyebut olahraga harus menjadi ruang aman bagi para atlet untuk mewujudkan impian mereka. Olahraga tidak boleh terjebak dalam keputusan politik.
Namun, langkah IOC itu menuai reaksi keras dari berbagai pihak di dalam negeri. Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas menilai, keputusan IOC sebagai bentuk kemunafikan dan standar ganda.
“Mereka melarang Indonesia menjadi tuan rumah semua cabang olahraga hanya karena kita menolak atlet Israel. Padahal IOC sendiri sering mencampuradukkan olahraga dan politik,” kata Anwar Abbas, dilansir Inilahcom.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Erick Thohir menegaskan, keputusan IOC tidak akan menghentikan program olahraga nasional.
“Semua kegiatan olahraga tetap berjalan sesuai blueprint yang sudah disusun. Publik jangan salah tafsir,” pungkasnya. (aan/mzm)








