Malang, SERU.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang gencar menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM), sebagai langkah solutif menstabilkan harga dan stok bahan pokok di pasaran. Sekaligus stimulus positif bagi masyarakat di tengah kondisi perekonomian yang fluktuatif akhir-akhir ini.
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengungkapkan, kenaikan harga di beberapa pasar akibat long weekend. Namun, harga bahan pokok secara umum masih dalam kondisi stabil.
“Alhamdulillah, masyarakat sangat antusias mengikuti kegiatan ini, terutama untuk beras SPHP sebagai bahan pokok utama. Apalagi dalam kegiatan hari ini disediakan 11 ton beras SPHP dan 1 ton beras premium,” seru Wahyu, saat menghadiri Gerakan Pangan Murah (GPM) di Kelurahan Tunggulwulung, Minggu (7/9/2025).
Ia juga menambahkan, kelangkaan beras premium yang dikeluhkan masyarakat akan diantisipasi dengan penambahan pasokan pada GPM selanjutnya. Pasalnya, masih ada sembilan kali pelaksanaan GPM selama bulan September.
“Dari Bulog, distribusi sempat terhenti akibat regulasi. Namun insyaallah kami akan memenuhi kebutuhan masyarakat hingga akhir tahun,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Pak Mbois itu juga menegaskan, Pemkot Malang terus mengawasi kenaikan harga, terutama di momen hari besar. Akan tetapi, untuk hari-hari biasa harga diperkirakan tetap stabil.
“Program ini merupakan arahan dari Presiden dan Kemendagri untuk pengendalian inflasi dan memastikan kestabilan harga bahan pokok. Selain itu, kegiatan ini untuk menjamin kestabilan ekonomi di tengah situasi negara saat ini,” terangnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan menjelaskan, GPM kali ini merupakan rangkaian peringatan HUT ke-80 RI. Selain beras SPHP dan premium, tersedia juga gula, telur, minyak goreng, serta hasil pertanian lokal seperti cabai dan tomat.
“Sebenarnya harga bahan pokok di pasar tidak terlalu bergejolak. Program ini bertujuan mempermudah akses masyarakat terhadap bahan pangan dengan harga terjangkau,” jelas Slamet.
Slamet juga menanggapi kekhawatiran bahwa GPM bisa menurunkan daya beli di pasar tradisional. Ia memastikan, GPM berjalan secara terjadwal dan berpindah-pindah, sehingga tidak mengganggu aktivitas pasar tradisional.
“Kami memberikan batasan pembelian beras SPHP maksimal dua sak atau 10 kilogram per warga. Sedangkan komoditas lain tidak ada batasan,” tuturnya.
Adapun kegiatan GPM akan terus digelar di sembilan titik lain selama bulan September. Dalam waktu dekat digelar di Kelurahan Purwantoro (Blimbing), Kasin (Klojen), Cemoro Kandang (Kedungkandang) dan beberapa kelurahan lainnya.
“Dari data yang tercatat, omzet tertinggi selama pelaksanaan GPM ada di Kecamatan Lowokwaru dengan nilai transaksi mencapai Rp20 juta. Sementara itu, inflasi di Kota Malang pasca demo dilaporkan masih stabil, bahkan lebih rendah dibandingkan angka nasional, yakni sebesar 0,07 persen,” bebernya.
Pelaksanaan GPM ini mendapatkan tanggapan positif dari warga sekitar. Salah satu warga Kelurahan Tunggul Wulung, Musrifah menerangkan, adanya kegiatan ini sangat membantu.
“Saya merasa senang, Gerakan Pangan Murah digelar di sini, tidak terlalu jauh dari rumah. Harga bahan pokok juga relatif lebih terjangkau,” katanya.
Musrifah mengakui, beras SPHP dan minyak goreng merupakan bahan pokok utama yang diincarnya dalam GPM ini. Ia bergegas mendatangi GPM setelah mendapatkan informasi dari Lurah setempat.
“Saya membeli beras SPHP dengan harga Rp57.500 dan minyak goreng Rp15.500. Kalau beli di toko atau pasar, harganya melonjak, terutama beras yang sudah menyentuh harga Rp75.000 per lima kilogram,” tandasnya.
Keterlibatan berbagai unsur mulai dari Forkopimda, Sekda Kota Malang, jajaran Kepala Perangkat Daerah, Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, Kepala OJK dan TPID Kota Malang. Menjadi sebuah keniscayaan bagi masyarakat akan hadirnya pemerintah dalam gerakan pangan murah sebagai kebijakan nasional yang diimplementasikan di daerah. (bas/rhd)