Malang, SERU.co.id –
MCC merupakan bentuk kehadiran Pemerintah Kota (Pemkot) Malang melalui Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) dalam mengelola dan menjaga ekosistem Ekonomi Kreatif (Ekraf) di Kota Malang. MCC akan menjadi wadah bagi pelaku Ekraf di Kota Malang untuk bisa berkolaborasi dan bertumbuh bersama antar Industri Kreatif.
Sebelum MCC hadir ditengah masyarakat, para penggiat ekonomi kreatif masih berjalan parsial, yang dikoordinir oleh Vicky Arief H melalui Malang Creative Fusion (MCF). MCF sendiri merupakan forum komunikasi lintas komunitas kreatif yang terlahir pada 3 Februari 2016 semasa kepemimpinan Wali Kota Abah Anton. Selain itu, menurut Vicky, kontribusi akademisi pada riset perkembangan industri kreatif saat itu masih sangat rendah.
“Tidak banyak regulasi dari pemerintah yang mendukung perkembangan industri kreatif. Iklim bisnis dan investasi para pengusaha, peran akademisi kurang baik dan minim saat itu. Namun saat ini, dengan MCC telah terjalin kolaborasi pentahelix, melibatkan pemerintah, akademisi, praktisi/bisnis, komunitas, dan media,” seru Vicky, sapaan Koordinator Malang Creative Fusion (MCF) ini.
Tak dipungkiri, Gedung MCC berlantai 8 (delapan) ini merupakan legacy dari pasangan Sutiaji dan Sofyan Edi Jarwoko (SAE) saat memimpin Pemerintah Kota Malang 2018-2023. Hadirnya MCC merupakan bukti keseriusan Pemkot Malang dalam mengembangkan potensi ekonomi kreatif yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023. Mewujudkan Kota Produktif dan Berdaya Saing berbasis Ekraf, Berkelanjutan dan Keterpaduan menjadi misi kedua dalam visi-misi kepemimpinan SAE.
Dari awal dibangun sampai selesai, Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji berulang kali ditempa isu yang kurang ‘sedap’, mulai dari komplain warga karena proses pembangunan yang disebut “mengancam” lingkungan sekitar. Selain model gedung mirip rumah makan Padang, hingga pemberitaan tentang fasilitas yang belum lengkap dan rusak sebelum peresmian. Namun hal itu tidak menjadikan Sutiaji gentar untuk meneruskan bangunan bernilai Rp97miliar yang diyakininya akan memberi penghidupan bagi warga Kota Malang.
Baca juga: Berkat Inisiasi MCC, Kota Malang Diganjar Penghargaan Inovasi Membangun Negeri 2023
“Di sini bisa untuk semua jenis kepentingan masyarakat. Sehingga harapannya itu terpenuhi, terus untuk operasional bisa dijadikan apa yang bisa dikerjasamakan nanti,” tegas Sutiaji, dikutip saat meninjau proyek MCC September 2022 lalu.
Saat ini, MCC secara kontinyu telah memberikan manfaat bagi warga, khususnya para Pelaku Ekonomi Kreatif. Berdasarkan data website resmi MCC, tercatat sudah 2.217 kegiatan dilaksanakan, dengan 1.933 penampilan ekonomi kreatif.
Dari jumlah tersebut, sudah ada 148 kolaborator dengan 114.903 penerima manfaat. Beberapa event yang pernah diselenggarakan antara lain: Festival Mbois 8, Multiverse Exhibition, Gebyar Anak Berbakat dan lain sebagainya.
Bak gayung bersambut, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mendukung MCC sebagai kepanjangan tangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari yang berada di Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Jika KEK Singhasari menaungi wilayah Jawa Timur dan Malang Raya, sementara MCC fokus pada komunitas 17 sub sektor di Kota Malang dan Jawa Timur.
Pj Wali Kota Malang, Dr Ir Wahyu Hidayat MM mengaku, mendapatkan amanah untuk mengembangkan MCC saat dilantik oleh Gubernur Khofifah. Sehingga pengembangan ekonomi kreatif di Kota Malang menjadi salah satu fokus kerjanya saat ini, selain MCC, juga kawasan Kayutangan Heritage.
Baca juga: Dampingi Gubernur Jatim, Wali Kota Malang Tunjukkan Potensi MCC
“Saya akan menjalankan amanah Gubernur Jatim Khofifah yang diberikan saat saya dilantik beliau. Fokus ekonomi kreatif yang dipusatkan di MCC, dan pengembangan di Kayutangan Heritage dan potensi tempat lainnya,” ucapnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang, Erik Setyo Santoso ST MT mengatakan, kontribusi Ekraf terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Malang luar biasa. Pihaknya mencatat, pertumbuhan ekonomi kreatif Kota Malang 2022 mencapai 10,01 persen dan mampu berkontribusi menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 9,65 persen pada 2021 menjadi 7,66 pada 2022. Selain itu, pertumbuhan Ekraf juga berkontribusi menurunkan angka kemiskinan dari 4,37 persen pada 2022 menjadi 4,26 pada 2023.
“Visi ekonomi kreatif Kota Malang saat ini targetnya menuju Malang Kota Kreatif Dunia 2025,” cetusnya, mendampingi Pj Wali Kota Malang.
Saat ditemui SERU.co,id, Manajer Program MCC, Armand mengatakan, MCC adalah fasilitas untuk mendorong pertumbuhan Ekosistem Ekonomi Kreatif Kota Malang. Namun MCC tidak hanya dapat dipakai oleh warga Kota Malang saja, namun fasilitas ruangan dan seluruh perangkat yang ada di dalamnya juga bisa dimanfaatkan warga selain ber-“ID” Kota Malang. Salah satu yang tersedia dengan lengkap di MCC adalah Food Lab, yang diperuntukkan bagi UMKM yang ingin melakukan uji rasa.
“Kalau secara Online, calon pengguna cukup masuk ke Link pemesanan ruangan, mau dipakai tanggal berapa, jam berapa, ruangan apa. Kalau Offline, cukup datang ke bagian Front Office menyampaikan secara langsung,” imbuhnya.
Armand juga menambahkan, dibangunnya MCC oleh Pemkot Malang, bukan untuk menarik keuntungan secara langsung dari hasil pengelolaan gedung. Namun lebih dititikberatkan kepada dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat Kota Malang dengan hadirnya MCC. Bahkan pemakai fasilitas MCC boleh mengambil benefit dari kegiatan Ekraf bernilai komersial yang dilaksanakan di MCC.
Baca juga: Craft Animfest Suguhkan 92 Film dari 38 Negara di MCC
“MCC dibangun bukan sebagai lembaga profit, dibangun miliaran rupiah, kapan kembali modal? Namun seperti proyek pengaspalan, tidak bisa dihitung kapan kembali modal, tapi memberikan manfaat luas sebagai akses. Yang dilihat ada seberapa banyak persentase PAD yang tumbuh setelah adanya MCC ini dan ada berapa angka pengangguran terbuka yang bisa dikurangi,” tegasnya.
Terlebih saat ini, hampir semua jenis kegiatan yang termasuk pada 17 sub sektor, diberikan secara gratis, tidak dikomersilkan. Namun dengan syarat memberikan manfaat bagi masyarakat luas, khususnya Kota Malang.
Seperti pengakuan seorang Pelaku Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM), Maisaroh mengaku, sering mengunjungi MCC untuk mengikuti berbagai pelatihan dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang. Maisaroh menyampaikan, terima kasih telah diberikan kesempatan mengembangkan potensi dan kemampuan dalam meningkatan kapasitas UMKM Kota Malang.
“Saya sering sekali mengikuti pelatihan di MCC, sampai sertifikatnya tidak terhitung,” ungkap pelaku UMKM asal Jalan Ikan Gurami, Kelurahan Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, saat dihubungi SERU.co,id melalui saluran telepon.
Lebih lanjut, Maisaroh menerangkan, beberapa pelatihan yang pernah diikutinya di MCC, antara lain digital marketing, keuangan dan peningkatan mutu kemasan produk hasil UMKM. Tidak hanya sekedar pelatihan, namun ia mengaku sering diajak memamerkan produknya bersama Pelaku UMKM Kota Malang yang lain. Dengan adanya Pameran UMKM di MCC ini, UMKM Kota Malang dinilai mendapatkan banyak kesempatan untuk ‘unjuk produk’ kepada publik.
“Alhamdulillah, sering diajak pameran disana (MCC), jadi bisa lebih banyak dikenal dan pengunjung beli produk buatan UMKM Kota Malang,” ucapnya.
Engineering and Analystic Consultant, Asandra Salsabila turut berkomentar soal pertumbuhan ekonomi Kota Malang dari mata seorang Gen Z. Maraknya penggunaan teknologi Artificial Intellegence (AI) saat ini membuat sebagian pelaku ekraf merasa ketakutan. Imbas dari AI dikhawatirkan bisa mengganggu bisnis kreatif seperti perfilman ataupun desain.
“Tidak harus ditakutkan, justru AI itu harus dirangkul, harus dimengerti dan harus dibuat sebagai partner skill SDM yang nomor satu,” ungkap Sandra.
Sandra mengungkapkan, ada harapan untuk SDM di Kota Malang bisa belajar tentang data dari AI. Ia juga sependapat dengan Koordinator MCC bahwa Kota Malang bisa “menjual” SDM-nya. Pasalnya di Kota Malang tidak memiliki wisata alam seperti daerah lainnya, namun Kota Malang justru memiliki banyak sekali Creative Agency dan SEO Marketing.
“Jadi mereka sudah lebih dulu menerapkan ysng namanya Remote Working sebelum istilah tersebut ngetren di masa pandemi,” imbuhnya.
Kota Malang, lanjut gen Z lulusan universitas luar negeri ternama ini, sudah sangat terkenal sebagai kota untuk mencari para Pelaku Ekraf, Design Agency. Para Design Agency bisa memberikan harga yang lebih terjangkau, namun kualitasnya tidak kalah dengan kota besar seperti Jakarta.
“Image itu sudah terbentuk oleh teman-teman se-Indonesia, gudang SDM kreatifnya itu ada di Malang,” tandasnya, saat mengisi materi ekonomi kreatif dalam pembukaan UKW PWI Malang Raya angkatan 54-55 dan didukung oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, Assandra Salsabila, Juragan 99 dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (dik/rhd)