Buka Turnamen Sepak Bola U 50, Bacaleg Gerindra Alif Iman Ingatkan Pentingnya Persaudaraan

Bacaleg Gerindra Ingatkan Pentingnya Persaudaraan
Alif Iman Waluyo, saat menendang bola dimulainya kick off U-50 di lapangan bola Kebraon Surabaya. (foto:ist)

Surabaya, SERU.co.id – Alif Iman Waluyo, Bacaleg (bakal calon legislatif) Partai Gerindra dapil V meliputi Kecamatan, Wiyung, Karang Pilang, Lakarsantri, Benowo, Dukuh Pakis dan Asem Rowo, Minggu (17/9/2023) membuka turnamen sepak bola U-50 di lapangan Kebraon, Kecamatan Karang Pilang, Surabaya.

“Kegiatan ini bertujuan untuk sambung silaturahmi antar Kecamatan, selain itu untuk bisa mengenalkan warga antara kecamatan satu dengan yang lainnya. Dimana turnamen sepak bola ini diikuti oleh warga yang berusia 50 tahun,” kata Alif Iman, Bacaleg dari Partai Gerindra ini.

Baca Lainnya

Lebih jauh disampaikan, bahwa yang ikut dalam turnamen sepak bola ini diikuti dari masing masing kecamatan. Ia menyebut kenapa dipilih U-50, bahwa risiko gesekan fisik dinilai sangat minim.

Baca juga: Warga Asli Madura Maju Bacaleg DPR RI Dapil Jatim 11, Targetkan 200 Ribu Suara

“Kami sudah diskusikan dengan tim bahwa untuk gelaran turnamen ini hanya untuk U-50. Kalau bapak bapak yang main lebih fun serta mengajari yang muda bagaimana olahraga ini bertujuan untuk saling menjaga kekeluargaan,” sambung dia.

Sedangkan saat ditanya tentang ia memutuskan menjadi bacaleg di tahun 2024, ia menjelaskan, bahwa dia ingin bisa membantu warga masyarakat Surabaya. Khususnya yang ada di dapil 5 dimana masih banyak warga yang mengeluhkan tentang pembangunan di Kota Surabaya.

“Jadi harapan saya dan orang tua. Dengan terjunnya saya ke dunia politik ini untuk meneruskan hakikat ataupun suara dari masyarakat yang belum tersentuh oleh pemerintah. Sehingga saya sebagai penyambung lidah masyarakat ke pemerintah,” tegas dia.

Baca juga: Semua Parpol di Kota Malang Ajukan Perbaikan Berkas Persyaratan Bacaleg

Selain itu ia menjelaskan, bahwa semenjak ia turun langsung ke masyarakat, banyak yang mengeluhkan tentang pembangunan yang tidak merata.

“Selain itu juga persoalan pendidikan dan kesehatan. Mereka mengeluh dengan sistem zonasi dimana orang tua kesulitan memasukkan sekolah bagi anaknya di sekitar wilayah mereka,” tutup dia. (iki/ono)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *