Nganjuk, SERU.co.id – Perundungan di dunia maya (cyberbullying), pornografi, dan kekerasan seksual adalah wajah lain era digital yang mestinya tak boleh terjadi menimpa anak-anak. Untuk melindungi anak, orangtua perlu memahami tantangan dalam menghadapi penggunaan internet oleh anak.
Merespons hal itu, Kemenkominfo bersama Komunitas Pecinta Jaranan ”Rogo Sanjoyo Putro” Desa Sonoageng itu, akan mengadakan diskusi luring (offline). Dengan menghadirkan tiga narasumber yang mengupas tema ”Perlindungan Anak di Dunia Online”. Di antaranya, presenter TV Babytha Fara, penyiar radio Danin Sibilo, mom influencer Novindah Sochmariyanti, dan Muhammad Naufal selaku moderator.
”Pendidikan mengenai apa yang dapat dan tidak dapat diakses oleh anak dalam dunia internet harus diberikan sejak dini,” tulis Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dalam rilis yang diterima SERU.co.id, Rabu (2/8/2023) malam.
Kemenkominfo akan menggelar diskusi literasi digital di Desa Sonoageng, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, Kamis (3/7/2023) pukul 17.00.
”Diskusi literasi digital masuk desa ini digelar gratis dengan cara mengisi link registrasi peserta di https://s.id/DaftarNganjuk0308
Diskusi yang digelar ”chip in” di acara bersih desa itu juga akan dimeriahkan dengan pertunjukan seni jaranan, bazar murah UMKM, dan seni hiburan lainnya. Literasi digital di tengah hajatan bersih desa diharapkan mampu berperan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kebersihan dan kesehatan masyarakat desa, serta kompetensi literasi digital orangtua.
Terkait tema diskusi, Kemenkominfo menjelaskan, untuk melindungi anak di dunia online, selain memperhatikan, orangtua juga perlu memberikan pendidikan internet terhadap anak.
”Setidaknya, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi orangtua dalam era digital,” jelas Kemenkominfo.
Tantangan pertama, kemudahan akses internet atau akses wifi gratis dan kuota internet berharga murah yang membuat akses lebih mudah. Selanjutnya, anak-anak yang bebas terkoneksi tanpa aturan.
”Tidak adanya aturan terkait penggunaan internet membuat anak terlalu bebas menggunakannya,” urai Kemenkominfo.
Tantangan lain, anak-anak lebih pintar dari orangtuanya. Digital native membuat anak lebih mudah menguasai teknologi digital dibanding orangtua, tetapi bukan berarti anak-anak lebih paham.
”Dunia user-generated content, atau informasi di internet bisa datang dari siapa saja. Membutuhkan daya pikir kritis ketika mem-posting atau memilah informasi di internet,” imbuh Kemenkominfo.
Tantangan terakhir, yakni anak-anak ingin bebas meskipun belum paham risiko. Pengaruh informasi yang diterima dari internet membuat anak ingin kebebasan yang lebih besar. Namun, tidak semua yang ada di internet bersifat positif.
“Ada pula risiko negatif internet yang tidak diketahui anak-anak,” terangnya.
Sekadar catatan, diskusi literasi digital pada lingkup komunitas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia #MakinCakapDigital (IMCD). IMCD diinisiasi Kemenkominfo untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.
Tahun ini, program IMCD menargetkan 5,5 juta warga masyarakat sebagai peserta, khususnya mereka yang belum pernah mengikuti kegiatan literasi digital. IMCD sendiri bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman.
Program #literasidigitalkominfo tahun ini dilaksanakan sejak 27 Januari 2023. Program nasional yang berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 18 mitra jejaring ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Fan Page dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo serta website info.literasidigital.id. (*/rhd)