Malang, SERU.co.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang bentuk Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana). Hal tersebut dilakukan guna membangun kemandirian setiap desa dalam menghadapi potensi bencana. Dimana hingga kini, di Kabupaten Malang sudah ada 117 desa/kelurahan yang dibentuk menjadi Destana.
Fungsional Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda, Yulius Dharmawan menerangkan, pembentukan Destana ini dilakukan secara bertahap. Seperti tahun ini, terdapat empat desa yang sudah terbentuk, melalui pembiayaan mandiri BPBD Kabupaten Malang dan BPBD Provinsi Jatim.
“Di tahun ini ada tiga desa yang dari BPBD sendiri, kemudian ada yang dari provinsi ada satu, tapi sudah terlaksana semua,” seru Yhuda, sapaan pria tersebut.
Yhuda menuturkan, Destana terbentuk dari beberapa unsur masyarakat desa, termasuk tokoh masyarakat, karang taruna, perangkat desa, PKK, Babinsa, Bhabinkamtibmas, relawan bencana dan lain sebagainya. Diharapkan dengan pembentukan tersebut, mereka menjadi garda terdepan dan pihak yang paling awal menangani bencana. Mengingat luas geografis Kabupaten Malang yang begitu luas, sehingga penanggan BPBD ke lokasi cukup membutuhkan waktu.
“Ada yang 30, ada yang 25 anggota setiap desa atau kelurahan. Jadi awal biar kita berkegiatan kalau di kabupaten kita tiga hari,” ungkapnya.
Dirinya menjelaskan, dari 378 desa dan 12 kelurahan di Kabupaten Malang, sudah ada 117 desa/kelurahan yang terbentuk menjadi Destana. Pembentukan tersebut dilaksanakan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah tingkat resiko potensi bencana.
“Kita pilih itu, mulai yang punya potensi ancaman bencana tinggi, sedang sampai rendah. Itu kita bentuk forumnya, forum ini anggotanya seluruh unsur di desa. Kita memberikan materi, memberikan pembekalan, keterampilan, keterampilan PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat), komunikasi bila terjadi bencana, termasuk SPAB,” ungkapnya.
Yhuda mengatakan, tak hanya Destana saja pihaknya juga melakukan penguatan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di lingkungan sekolah di Kabupaten Malang. Hal tersebut dinilai sangat penting, untuk mengajarkan kepada seluruh peserta didik untuk tanggap bencana secara mandiri.
“Di tiap sekolah-sekolah, setiap tahun itu pasti ada SPAB, karena anak-anak ini kan hampir sebagian aktivitas hidupnya kan di sekolah. Di rumah mungkin hanya untuk istirahat, jadi semakin besar waktunya memang sekolah. Itu yang juga kita edukasi juga untuk bencana,” ungkap Yhuda. (wul/mzm)








