• Sinergi BI Malang – BPTP Jatim Bantu Petani Bawang Merah
Malang, SERU – Menekan terjadinya inflasi dari berbagai sektor, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang melakukan pendampingan kepada kelompok petani bawang merah Karya Bakti I, di Desa Purworejo, Kecamatan Ngatang, Kabupaten Malang. Tujuannya, agar petani mampu menanam bawang merah dengan hasil yang maksimal.
Kepala BI Malang, Azka Subhan Aminurrido, mengatakan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang telah melakukan pengembangan klaster bawang merah di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang sejak tahun 2016. “Dalam perjalanannya, target meningkatkan produktivitas bawang merah pada tahun 2019, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang menginisiasi budidaya bawang merah melalui metode True Shallot Seed (TSS) bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur,” jelas Azka, disela panen perdana klaster bawang merah, Senin (4/11/2019).
Sebagai salah satu sentra penghasil bawang merah di Provinsi Jawa Timur, petani bawang merah di Purworejo, Ngantang ini, harus terus didorong untuk maju dan berkembang. Tak hanya pada sektor hasil pertaniannya, tetapi pada aspek permodalan harus didapatkan dengan mudah. “Menanam bawah merah ini butuh kesabaran yang tinggi harus banyak tantangannya. Maka selayaknya, agar untuk mempermudah petani, BI Malang memberikan bantuan pendampingan sarana prasarana dan permodalan,” beber Azka.
Menurutnya, bawang merah merupakan salah satu komoditas strategis penyumbang inflasi nasional. Harga bawang merah terus berfluktuatif, lantaran disebabkan terbatasnya umbi benih bawang merah yang berkualitas. “Selama ini, penanaman yang lazim dilakukan petani adalah menggunakan umbi bawang merah sebagai sumber benih yang diseleksi dari hasil panen. Saat ini, melalui demplot (Demontration Plot) metode TSS di atas lahan 1500 m2, diharapkan lebih berhasil. Varietas bawang merah yang ditanam yaitu varietas Trisula dan Bima Brebes,” terang Azka.
Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian, (BPTP) Jawa Timur, Dr. Ir. Chendy Tafakresnanto, mengutarakan, penggunaan dengan demplot TSS mempunyai beberapa keunggulan, jika dibandingkan dengan metode tradisional.
“Yang membedakan antara lain kebutuhan benih lebih efisien sekitar 7,5 kg per hektar, dibanding dengan umbi yaitu sekitar 1,5 ton setiap hektar. Selain itu, menghasilkan tanaman yang lebih sehat, serta tingkat produktiivitas yang lebih tinggi dibanding benih umbi,” seru Chendy.
Selanjutnya, dalam pengembangan bawang merah kelompok Karya Bhakti I dengan metode TSS, akan diproduksi umbi bawang merah yang bisa digunakan untuk konsumsi dan produksi umbi mini sebagai model perbenihan bawang merah. Diperkirakan, hasil dari panen bawang merah lahan demplot diperkirakan yaitu 3,5 ton untuk luas lahan demplot 1.500m2 yang terdiri dari 10 petak lahan, atau setara dengan 24,5 ton per hektare.
“Penyediaan benih bawang merah yang bermutu secara kuantitas sangat terbatas setiap tahunnya, yaitu sekitar 15–16 persen per tahun. Salah satu cara untuk memecahkan masalah ketersediaan bibit berkualitas adalah melalui inovasi teknologi budidaya bawang merah dengan menggunakan biji botani atau TSS,” tandas Chendy. (rhd)