Batu, SERU.co.id – Akhir-akhir ini kata ‘hidden gems’ sering kita jumpai. Sebuah istilah yang sering muncul di media sosial, dan digunakan untuk mempromosikan sebuah destinasi wisata baru yang belum banyak dikenal orang. Kebanyakan objek wisata tersebut terletak jauh dari pusat kota.
Pengamat pariwisata Kota Batu, Dr (Cand) Ahmad Faidlal Rahman SEPar, MSc menjelaskan, hidden gems (permata yang tersembunyi, red) merupakan diversifikasi produk atau obyek pariwisata. Hidden gems lebih dekat pada istilah spesial interest tourism (wisata minat khusus). Segmennya lebih kepada wisatawan yang suka dengan tantangan, ingin dekat dengan alam, atau yang lebih suka dengan suasana yang lebih tenang.
“Sebenarnya, konsep pariwisata hidden gems ini tidak dikenal, karena yang ada cuma istilah mass tourism dan special interest tourism. Namun karena perkembangan teknologi dan sosial media, istilah ‘hidden gems’ sekarang menjadi populer,” seru Faid, sapaan akrabnya.
Menurud Faid, hidden gems bisa berarti sebuah obyek wisata yang lokasinya tersembunyi, memiliki kekhasan, arsitekturnya unik, dan suasana pedesaan. Ini bisa dalam wujud kafe, wisata kuliner atau taman-taman.
“Hidden gems tidak selalu tempatnya yang benar-benar tersembunyi. Contohnya, kedai makan dengan pelayanan ramah, nyaman, khas, unik, nuansa tradisional, dan wisatawan bisa langsung ngobrol dengan pedagangnya. Nah, new experience itu yang sekarang dicari wisatawan ketika berkunjung ke Kota Batu,” ulasnya.
Staff Ahli Wali Kota Batu bidang Pariwisata ini juga mengungkapkan, wisata hidden gems muncul karena ada permintaan pada pasar. Sehingga bermunculanlah usaha seperti kafe-kafe di pedesaan, yang ‘menjual’ panorama alam sekitarnya. Alhasil, kafe-kafe inipun ramai dan mampu menyedot pengunjung dari luar daerah.
Namun, keberadaan hidden gems juga harus tetap diproteksi. Jangan sampai hanya berorientasi pada keinginan wisatawan semata, tanpa mempertahankan kelokalan dan kekhasannya.
“Ketika kekhasannya, arsiteknya, suasananya ini tercerabut, maka orang-orang akan bertanya-tanya, jangan-jangan ini hanya modernisasi yang merambah ke pelosok-pelosok,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran, Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu, Dwi Nova Andriany, SH ME MA menuturkan, ada beberapa obyek wisata di Kota Batu, yang bisa dikategorikan sebagai ‘hidden gems’nya wisata di Batu. Obyek tersebut berada di desa-desa wisata yang memiliki adventure tourism.
“Bukit Jengkoang, Bukit Brakseng misalnya, itu biasanya digunakan untuk offroad atau trail. Pemerintah daerah berusaha mensupport disitu, tanpa menghilangkan karakteristik dari objek wisata. Apabila kita menggunakan fasilitas jalan aspal atau hotmix, itu justru tidak akan menjadi menarik,” cetusnya.
Nova juga mencontohkan, Desa Wisata Sidomulyo merupakan sentra wisata bunga. Di kawasan tersebut, wisatawan tidak hanya bertransaksi perdagangan bunga saja. Tetapi juga menjadi sebuah tempat wisata baru.
“Yang memang khas selama pandemi ini, orang-orang bereuforia menjadikan bercocok tanam sebagai hobi baru. Ini yang kemudian kami berusaha coba promosikan di bidang pemasaran, dengan membuatkan video-video tematik untuk semua obyek wisata di Kota Batu. Nanti akan kami buatkan lagi video promosi tematik, menggunakan istilah hidden gems,” pungkasnya. (ws3/rhd)
Baca juga:
- DPKH Kabupaten Malang Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Hewan Jelang Kurban
- Kenaikan Isa Almasih Serta Libur Panjang Polres Malang Amankan 67 Gereja dan Lokasi Tempat Keramaian
- Polisi Temukan Pelanggaran Plat Nomor dan Kelalaian Berkendara Kasus Christiano Tarigan
- 253.421 Peserta Lolos UTBK SNBT 2025, Berikut 10 Kampus dengan Pendaftar Terbanyak
- Nelayan Hilang di Laut Polagan Pamekasan Ditemukan Meninggal oleh Tim SAR Gabungan