Pemkot Malang Cegah Tawuran Tlogomas Terulang Lewat Siskamling dan Pendekatan Kultur

Pemkot Malang Cegah Tawuran Tlogomas Terulang Lewat Siskamling dan Pendekatan Kultur
Wali Kota Malang menjelaskan pentingnya Siskamling dan pendekatan kultur untuk mencegah tawuran. (Seru.co.id/bas)

Malang, SERU.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang berkomitmen mencegah peristiwa serupa tawuran Tlogomas terulang. Pengaktifan program Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) dinilai solutif untuk mencegah kasus kriminalitas berbasis pembauran masyarakat disamping pendekatan kultur.

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengungkapkan, pihaknya akan menghidupkan kembali program Siskamling. Selain mencegah tawuran, program ini juga menjadi sarana mempererat interaksi sosial antara warga asli dan pendatang.

Bacaan Lainnya

“Selama ini, minimnya interaksi membuat masing-masing kelompok seolah hidup sendiri-sendiri, sehingga berpotensi memicu kesalahpahaman. Kalau ada Siskamling, ada bapak-bapak yang bergantian ronda malam, akhirnya interaksi antara pendatang dan warga asli Malang bisa terjalin dengan baik,” seru Wahyu, Senin (29/12/2025).

Ia menekankan, kondusivitas wilayah sangat bergantung pada rasa kebersamaan masyarakat. Permasalahan kecil, lanjutnya, dapat berkembang menjadi konflik jika tidak dibarengi dengan solidaritas sosial yang kuat.

Sebagai langkah konkret, Wahyu telah menginstruksikan para camat dan lurah untuk tetap siaga selama libur Tahun Baru. Ia meminta lurah tidak meninggalkan wilayahnya dan aktif memantau kondisi lingkungan masing-masing.

“Saya minta Siskamling tetap diaktifkan, mereka (mahasiswa/pendatang) bisa diajak sambil ngopi bersama warga, melihat langsung situasi kamtibmas. Libatkan lurah, Babinsa dan Bhabinkamtibmas, supaya semua bisa bersama-sama menjaga keamanan,” ungkapnya.

Terkait isu gesekan antarpendatang dan potensi perselisihan dengan warga, Wahyu menyebut pihaknya telah melakukan pendekatan kultural. Ia telah berkoordinasi dengan Forum Pembauran Kebangsaan serta tokoh-tokoh masyarakat, termasuk dari NTT.

Wahyu bahkan menyebut dirinya telah diangkat sebagai warga kehormatan NTT, sehingga memiliki kedekatan emosional dan kultural dengan komunitas tersebut. Ia menilai, pendekatan kultural adat dan dialog menjadi kunci meredam potensi konflik.

“Kalau ada persoalan, kita duduk bersama. Mereka masih sangat menghormati tradisi. Ini hanya ulah oknum, bukan semuanya,” jelasnya.

Selain itu, Pemkot Malang berencana mengumpulkan para rektor perguruan tinggi negeri dan swasta. Melalui forum rektor, akan dibahas upaya pencegahan konflik di kalangan mahasiswa.

Wahyu menegaskan, semua pihak harus dirangkul tanpa membeda-bedakan latar belakang. Menurutnya, baik warga asli maupun pendatang memiliki kepentingan yang sama, yakni menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif.

“Mereka datang ke Malang untuk belajar dan meraih masa depan. Kalau terjadi sesuatu, tentu sangat disayangkan. Maka harus kita jaga bersama,” pungkasnya. (bas/mzm)

 

disclaimer

Pos terkait

iklan KKB Bank jatim