Malang, SERU.co.id – Makanan menjadi sumber manusia mendapatkan nutrisi yang akan diolah menjadi energi. Namun sebaliknya, salah memilih makanan bisa menyebabkan keracunan bagi seseorang bahkan kematian jika tidak segera ditangani. Salah satu solusi pertolongan pertama dan tercepat, perbanyak minum air putih saat keracunan makanan.
Dosen Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Indah Dwi Pratiwi SKep Ns MNg mengatakan, penting untuk berhati-hati saat memilih makanan. Ini karena keracunan makanan bisa disebabkan oleh hal-hal kecil yang tidak disadari.
“Pemicu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti makanan yang terkontaminasi oleh bakteri, virus, parasit, makanan yang sudah kadaluasa. Selain itu, proses pembuatan yang kurang higienis, dan proses pengolahan makanan yang kurang memperhatikan kebersihan,” seru Indah, sapaan akrabnya.
Baca juga: Perbanyak Konten Lokal, Perpustakaan Kota Malang Pertemukan Penulis dan Penerbit
Indah memaparkan, gejala saat seseorang keracunan makanan secara umum adalah pusing, lemas, mual, muntah, dan diare. Jika mengalami hal ini, penanganan awal yang dapat dilakukan adalah memastikan semua makanan yang terpapar bakteri tersebut keluar dari tubuh.
“Tubuh secara otomatis mempunyai mekanisme untuk mengeluarkan zat yang tidak seharusnya ada di dalam tubuh. Proses pengeluaran inilah harus disupport dengan minum air yang banyak, istirahat yang cukup. Saat gejalanya sudah mulai reda, sebaiknya tidak makan makanan yang mengandung iritatif, sebaiknya mengkonsumsi makanan sejenis roti atau crackers terlebih dahulu,” paparnya.
Orang dewasa dengan daya tahan tubuh atau imunitas yang baik akan lebih kuat menghadapi zat asing ini. Hal ini berbeda pada tiga golongan lainnya, yakni bayi, lansia (65 tahun ke atas) dan orang dengan kondisi imunitasnya rendah. Keracunan makanan dapat menyebabkan efek negatif dan fatal bagi mereka.
Baca juga: Pihak Kepolisian Lakukan Penyelidikan Keracunan Massal Mahasiswa UB
Indah menekankan, dari banyaknya kasus kematian karena keracunan makanan, bukan disebabkan oleh bakterinya. Melainkan dehidrasi yang tidak tertolong, karena tidak adanya pergantian cairan pada tubuh. Terutama pada ketiga golongan di atas.
“Maka dari itu, memastikan untuk hidrasi tubuh saat mengalami keracunan makanan adalah aspek penanganan yang paling penting,” tegasnya.
Untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi rasa mual, maka salah satu terapi pharmacology adalah pemberian obat anti mual supaya memberikan rasa nyaman. Namun kembali lagi, mual dan muntah adalah proses pengeluaran bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Maka hal itu lumrah terjadi. (*/rhd)
View this post on Instagram