Malang, SERU.co.id – Upaya Pemerintah Kabupaten Malang untuk menekan angka stunting di daerahnya berbuah manis. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil bulan timbang pada Agustus 2022 hingga Februari 2023, kasus stunting di Kabupaten Malang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 7,8 persen, di tahun 2023 turun menjadi 6,8 persen.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Malang, Wiyanto Widjoyo menuturkan, salah satu upaya untuk menekan angka stunting yang masih menghantui itu adalah dengan rutin melakukan kegiatan bulan timbang. Dari kegiatan itu dapat dipantau pergerakan jumlah balita yang sembuh maupun mengalami stunting.
“Bulan timbang itu setahun dua kali, dengan menyasar balita usia 0 hingga lima tahun. Dilakukannya setiap bulan Februari dan Agustus,” seru Wiyanto, beberapa waktu lalu.
Dari hasil pantauan tersebut, Wiyanto menambahkan, di Kabupaten Malang sendiri angka stunting setiap tahunnya mengalami penurunan. Seperti data bulan timbang pada Agustus 2022 lalu, angka stunting tercatat 7,8 persen. Atau bisa dikatakan setara dengan sembilan hingga sepuluh ribu anak yang mengikuti bulan timbang.
Dan angka itu mengalami penurunan, pada bulan timbang Febuari 2023 lalu yang mencatat, angka stunting turun menjadi 6,8 persen.
Meskipun jumlah penurunanya tidak terlalu signifikan, namun hal tersebut merupakan buah manis hasil dari kerja keras yang dilakukan oleh semua pihak. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian asupan gizi tambahan, penekanan pola asuh dan masih banyak lainnya.
Tak hanya itu saja, Wiyanto mengaku guna menyukseskan zero stunting pihaknya juga menggandeng lintas sektor seperti Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil).
“Kita juga gandeng Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kemarin kita berikan program ayah asuh, memberikan susu untuk balita stunting, makanan tambahan juga sudah kita berikan,” jelasnya.
Pria berkaca mata itu menerangkan, ada berbagai jenis faktor yang dapat memicu stunting pada Balita. Faktor terbesar adalah kondisi ekonomi yang dialami keluarga penderita, kemudian disusul minimnya pemahaman pola asuh orang tua untuk buah hati mereka.
Oleh sebab itu, perlunya ada kerja sama dari berbagai pihak, seperti pemerintah, orang tua dan keluarga sangat berperan penting dalam memerangi stunting yang ada di Kabupaten Malang ini.
“Kadang-kadang kita harus mengubah perilaku, intervensi, karena banyak terjadi gizi yang kami berikan salah sasaran. Karena kebanyakan dikasihkan kakak atau tetangganya diluar stunting, sehingga kasus stunting tidak selesai-selesai. Sedangkan kami tidak bisa melakukan pemantauan selama 24 jam,” ucapnya. (wul/ono)