Ditambah lagi karena beliau adalah tokoh utama di Muhammadiyah. Almarhum selalu ingin Muhammadiyah dalam suasana sejuk dan bersatu. Beliau juga ingin seluruh umat Islam dalam suasana yang damai dan bersatu, kedamaian dan persatuan.
“Hal-hal tersebut menjadi salah satu hal yang diperjuangkan oleh tokoh-tokoh besar, tokoh-tokoh bangsa yang dimiliki oleh negeri ini,” tuturnya.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini mengutarakan rasa kehilangannya kembali. Menurutnya, kepergian Almarhum Buya pada di tengah kebutuhan akan referensi pemikiran beliau demi mengawal bangsa dan negara Indonesia.
“Maka tugas kita adalah bagaimana bisa menjaga, menindaklanjuti, dan terus bisa menyemai pikiran-pikiran besar beliau untuk menjaga integritas dari warga bangsa supaya suasana sejuk, damai, penuh persatuan dapat terjaga. Persaudaraan itu bisa kita jaga dan bisa kita lanjutkan perjuangan-perjuangan besar beliau,” jelasnya.
- Dampak Proyek Drainase, Perumda Tugu Tirta Minta Maaf Siagakan Tim 24 Jam
- Bapenda Sambang Pondok Pesantren Sosialisasi Layanan Pajak di Hari Santri
- Entas Anak Tidak Sekolah, Pemkab Malang Bentuk Tim Saber ATS Kecamatan
Gubernur Khofifah ditemui langsung oleh istri almarhum Buya Syafii, Umi Nur Kholifah. Ia mengaku bahwa banyak sekali makna kehidupan yang diperoleh dari cengkrama singkatnya saat takziyah. Terutama tentang bagaimana sosok Buya Syafii Maarif dan Umi Nur Khalifah yang memiliki kemandirian luar biasa dalam menjalankan kehidupan baik di skala domestik maupun publik.