Kota Malang Alami Deflasi -0,03 Persen Pada September 2019

Kota Malang, SERU

Setelah mengalami deflasi pada Juni 2019, kali ini Kota Malang kembali mengalami deflasi untuk kali kedua, yakni September 2019 sebesar -0,03 persen. Kali kedua sepanjang 2019. Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks kelompok pengeluaran.

Baca Lainnya

Dari tujuh kelompok pengeluaran di Kota Malang, dua kelompok mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi tertinggi adalah kelompok bahan makanan sebesar -0,75 persen, yang kemudian diikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa Keuangan sebesar -0,38 persen. “Sebagai pembanding, deflasi kita adalah deflasi yang terendah kedua setelah Surabaya -0,02 persen. Dimana pada tahun lalu di bulan yang sama juga kota Malang mengalami deflasi,” seru Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Sunaryo, saat jumpa pers di kantor BPS, Selasa (1/10/2019).

Disebutkan, deflasi tertinggi di Jawa Timur terjadi di Jember 0.29 persen; diikuti Kediri 0.27 persen, Madiun 0.19 persen, Probolinggo 0.14 persen, Sumenep 0.13 persen, Banyuwangi 0.05 persen, Malang 0.03 persen, dan Surabaya 0.02 persen.

Sementara itu, sepuluh komoditas teratas yang memberikan andil terbesar deflasi pada bulan September 2019, diantaranya adalah daging ayam ras dengan andil -0,0788 persen, cabai rawit dengan andil sebesar -0,053 persen, bawang merah dengan andil -0,0365 persen, telur ayam ras dengan andil -0,0236 persen, bawang putih -0,0205 persen, cabai merah -0,0136 persen, ketimun -0,0 persen, bahan bakar rumah tangga, dan udang basah.

Azka Subhan, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, menjawab pertanyaan awak media. (rhd)

Inflasi September 2019 tercatat sebesar -0.03 persen. Sedangkan tingkat Inflasi pada periode yang sama tahun 2017 sebesar 0.05 persen dan pada tahun 2018 sebesar -0.31 persen. Laju Inflasi tahun kalender (Januari 2019 – September 2019) sebesar 1.46 persen. Tingkat Inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2017 dan 2018 adalah 2.94 persen dan 1.62 persen.

Besarnya laju Inflasi ”year on year” untuk September 2019 terhadap September 2018 sebesar 2.81 persen. Tingkat Inflasi tahun ke tahun untuk September 2016 terhadap September 2017 dan September 2017 terhadap September 2018 masing-masing 3.80 persen dan 2.42 persen. “Jika diperhatikan secara seksama, sejak tahun 2017 sampai periode 2019 angka inflasi year on year bulan September semakin mengecil dari tahun ke tahun,” tandas Sunaryo.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Azka Subhan, mengatakan deflasi sudah diperkirakan sebelumnya. Pasalnya, kondisi landai terlihat sejak Agustus hingga diperkirakan Oktober 2019. Selanjutnya, November 2019 hingga Januari 2020 perlu diwaspadai. “Yang perlu diwaspadai itu saat lebaran dan nataru (natal tahun baru). Kami selalu monitoring dan koordinasi dengan Forkompinda, OPD, dan pihak terkait. Kami akan melakukan operasi pasar atau pasar murah jika kenaikannya lebih dari 10 persen. Kami ambil dari daerah surplus atau unggulan komoditas, Bulog, dan PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia) untuk dijual murah di daerah langka,” papar Azka. (rhd)

Berita Terkait

Iklan Cukai Pemkab Jember

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *