Kota Malang, SERU
Saat ini, ancaman bagi bangsa dan negara Indonesia semakin kentara dengan bervariasi dan dinamis. Terbagi dua jenis ancaman yang harus diwaspadai, yakni ancaman belum nyata dan ancaman nyata. Dimana keduanya, dapat menghancurkan Indonesia layaknya penjajahan tersamar.
“Ancaman belum nyata seperti perang terbuka antar negara. Sedangkan ancaman nyata itu kejahatan siber, narkoba, berita hoax dan radikalisme, yang harus kita hadapi bersama-, khususnya oleh generasi muda. Kalau kita lalai menghadapi ancaman tersebut, resikonya sangat besar bagi bangsa dan negara,” seru Staf Ahli bidang Sosial Kementerian Pertahanan, Marsda TNI Bambang Eko Suhariyanto, di Auditorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang (Polinema), Kamis (19/9/2019).
Berdasarkan survey dan temuan di lapangan, beberapa mahasiswa maupun pelajar menginginkan agar Indonesia menjadi negara yang ideologinya berubah. Bahkan mereka tak mau lagi menghormati bendera merah putih. “Inilah pentingnya pendidikan karakter dan cinta tanah air bagi generasi muda, khususnya mahasiswa dan pelajar di era milenial saat ini,” seru Bambang, dalam seminar nasional bertemakan “Penguatan Pendidikan Karakter Mahasiswa dalam rangka Menciptakan Generasi Milenial Beradab.”
Berkelindannya berita hoax atau berita bohong mudah ditemui tiap hari. Pesan getol agar share sebelum sharing, nampaknya masih belum efektif jika kesadaran masyarakat masih rendah. Tentunya perlu pembiasaan dan kecerdasan dalam menalar informasi yang beredar. “Saat ada kerusuhan di Papua, dalam sehari ada 300 ribu berita hoax yang beredar yang isinya mengadu domba. Kalau misalnya berita-berita tersebut kemudian ditolerir dan tidak diatur, akan sangat berbahaya sekali,” papar Bambang.
Melalui keilmuan dan kecerdasan mahasiswa, diharapkan bisa mengedukasi masyarakat sekitarnya untuk menyaring dan menghindari berita-berita hoax. “Mahasiswa dibekali kecerdasan yang luar biasa. Saya yakin mereka mampu bagaimana menyaringnya, dan mengabaikan berita-berita yang tidak benar. Sehingga mahasiswa bisa mengedukasi masyarakat,” tandasnya.
Dilaksanakan Semnas ini dilatarbelakangi oleh kurangnya karakter dan softskill mahasiswa. Seperti sikap kurang ajar, kurang sopan dan lainnya. Padahal, selain intelektual, juga harus diimbangi softskill yang didalamnya juga ada pendidikan karakter. “Hal-hal yang perlu ditingkatkan, seperti keagamaan, sikap kepada sesama, atasan dan bawahan, patriotisme, penguatan karakter, dan lainnya. Padahal dalam dudi sangat dibutuhkan,” terang
Sementara itu, Ketua Pelaksana Seminar, Dr Hudriyah Mundzir, SH, MH, menyampaikan, tujuan diadakannya seminar adalah untuk menanamkan kembali rasa cinta tanah air kepada mahasiswa, sekaligus sebagai penguatan pendidikan karakter bagi mahasiswa. “Usia mahasiswa itu sudah terbentuk karakternya. Tapi peran kami sebagai pengajar, adalah menguatkan kembali karakter mahasiswa dan memunculkan kembali sesuatu yang positif, serta meminimalisir hal negatif dari dalam diri mahasiswa,” jelasnya.
Senada, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Mata Kuliah Umum (MKU), mengatakan, seminar tersebut diselenggarakan dalam rangka mendidik karakter mahasiswa milenial yang beradab. Menurutnya, sebagai manusia yang beradab tidak boleh ikut-ikutan menyebarkan berita hoax.
“Arti beradab disini adalah mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memiliki ilmu intelektual atau kemampuan di bidang sains saja, tetapi lebih ditekankan kepada etika dan moralnya,” serunya.
Turut dihadiri pembicara lain, di antaranya Kadis Infolahtal, Laksamana Pertama TNI DrAria Cakra Wibawa, MTr (Han), Ketua Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian UB, Dr Abdul Madjid, SH, MHum, dan Wakil Ketua Pengadilan Negeri Pasuruan, Dr Handry Argatama Ellion, SH, SFil, MH. (rhd)