Malang, SERU.co.id – Banyak wilayah di Kota Malang sering banjir akhir-akhir ini. Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang belum bisa menambah EWS (Early Warning System) atau alat peringatan bencana, karena terhambat efisiensi anggaran.
Kepala BPBD Kota Malang, Prayitno mengungkapkan, terdapat tren peningkatan kejadian bencana selama tiga tahun terakhir. Sejak tahun 2022 hingga 2024 terjadi ratusan bencana yang sebagian besar dipicu perubahan cuaca ekstrem.
“Akumulasi bencana mulai tahun 2022 ada 479 kejadian dan di tahun 2024 ada 494 kejadian. Curah hujan yang tinggi mempengaruhi kondisi permukaan wilayah Kota Malang, salah satunya banjir,” seru Prayitno, saat dikonfirmasi, Sabtu (6/12/2025).
Prayitno menerangkan, banjir menjadi bencana yang paling dominan, disusul longsor, angin kencang dan bencana hidrometeorologis lainnya. Kondisi tersebut, kata Prayitno, mengindikasikan perlunya penanganan sistemik, termasuk perbaikan sistem drainase dan pemeliharaan EWS.
BPBD Kota Malang sendiri memiliki 23 unit EWS yang tersebar di berbagai titik rawan. Selain itu, sejumlah perguruan tinggi juga memasang EWS di beberapa titik aliran sungai.
“Namun harus kami akui, sebagian besar EWS dibuat tahun 2020. Secara teknis durability-nya perlu pemeliharaan. Banyak part yang harus diganti, seperti baterai litium dan sistem sensor,” ungkapnya.
Ia mengatakan, alat elektronik masa garansinya rata-rata hanya satu tahun, demikian juga EWS. Sayangnya, Pemkot Malang belum ada rencana penambahan EWS, meski banyak titik rawan bencana yang kerap dilanda banjir akhir-akhir ini.
“Pengadaan belum pas waktunya saat efisiensi seperti ini. Jadi kami diberi alokasi anggaran untuk perawatan saja,” jelasnya.
BPBD Kota Malang juga sudah menerima laporan adanya EWS tidak berfungsi, sebagaimana pemberitaan yang beredar beberapa waktu lalu. Prayitno mengakui, sebagian alat memang mengalami penurunan performa.
“Kami sedang mengupayakan penggantian baterai, kabel, penangkap sinar matahari dan kami tambahkan sistem notifikasi. Jika muka air naik, alat akan mengirim sinyal ke sirine, dan juga notifikasi ke warga sekitar, RT, RW, lurah, camat dan pimpinan,” terangnya.
BPBD berharap, pemeliharaan EWS dan kolaborasi lintas OPD dapat meningkatkan kesiapsiagaan Kota Malang menghadapi ancaman bencana. Ia memprediksi, ancaman bencana masih akan meningkat akibat perubahan cuaca ekstrem.
“Kami melibatkan kolaborasi lintas OPD melalui Tim Reaksi Cepat untuk mempermudah kesiapsiagaan dan penanganan pasca bencana. Selain itu, kami melibatkan kolaborasi masyarakat melalui masyarakat tangguh dan kelurahan tanggung bencana,” tandasnya. (bas/rhd)








