Malang, SERU.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang merilis statistik perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi. Berdasarkan data BPS, Kota Malang menempati urutan ke tujuh di Jawa Timur.
Inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,71 persen, diikuti Kota Surabaya 0,50 persen, Kota Probolinggo dan Kota Madiun 0,47 persen, Banyuwangi 0,43 persen, Jember 0,36 persen, Kota Malang 0,34 persen dan Kota Kediri sebesar 0,28 persen.
“Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian indeks kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman dan tembakau menembus angka 1,18 persen,” beber Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Sunaryo.

Komoditas utama yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya infiasi sepanjang tahun 2020 di Kota Malang, di antaranya emas perhiasan, rokok kretek filter, daging ayam ras, minyak goreng, sekolah dasar, bayam, kontrak rumah, tahu mentah, pisang dan bubur.
“Sepanjang tahun 2020, emas perhiasan menyumbang angka inflasi terbesar. Hal tersebut karena adanya kenaikan harga yang signifikan. Andil kenaikan inflasi sebesar 0,20 persen,” imbuhnya.
Sedangkan komoditas utama yang menghambat inflasi atau penyebab terjadinya deflasi adalah angkutan udara, bensin, obat dengan resep, bawang putih, mangga, batu bata/batu tela, sabun detergen bubuk/cair, sepatu anak, anggur, dan kopi bubuk.
“Berbeda halnya angkutan udara, menjadi penghambat inflasi. Disebabkan karena mobilitas masyarakat menggunakan jasa transportasi kurang di musim pandemi. Berimbas pada permintaan jasa transportasi yang berkurang,” tandasnya.
Sementara itu kelompok dengan indeks stabil adalah kelompok informasi, komunikasi, jasa keuangan kelompok pendidikan. (ms1/rhd)