Jadi Korban Malapraktik, Pria Asal Dampit Laporkan Kasus ke Polisi

Jadi Korban Malapraktik, Pria Asal Dampit Laporkan Kasus ke Polisi
Pelapor dugaan kasus malapraktik hingga mengalami kebutaan. (ist)

Malang, SERU.co.id – Merasa menjadi korban malapraktik pasca dilakukan operasi mata di salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten Malang hingga mengalami kebutaan, Yulianto (47), warga Kecamatan Dampit laporkan pihak dokter yang bertanggung jawab atas dugaan malapraktik tersebut kepada Satreskrim Polres Malang, Jumat (26/9/2025).

Kanit 3 SatReskrim Polres Malang, Ipda Andreas menjelaskan, saat ini pihaknya tengah melakukan pemeriksaan terhadap pelapor atas kasus dugaan malapraktik terhadap dokter yang menangani korban.

Bacaan Lainnya

“Kami sudah tindaklanjuti, ini sekarang lagi kami periksa pelapornya terkait juga malapraktik tersebut. Jadi intinya korban ini melakukan operasi katarak. Dari laporan awalnya itu operasi katarak di Rumah Sakit Pindad,” seru Andreas, saat dikonfirmasi, Jumat (26/9/2025).

Andreas membeberkan, menurut pengakuan pelapor sebelum melakukan tindakan operasi katarak dirinya sudah melakukan konsultasi di rumah sakit tersebut, dengan keluhan mata buram. Namun dari beberapa hasil pemeriksaan, dokter yang menangani pelapor mendiagnosa korban mengalami katarak dan harus dilakukan tindakan operasi.

“Setelah beberapa kali melakukan konsultasi operasi, bukannya sembuh malah tambah parah, buta. Sekarang lagi dilakukan pemeriksaan terhadap pelapornya, nanti akan kami panggil dari pihak rumah sakit tersebut,” ungkapnya.

Selain pihak rumah sakit, Andreas mengaku juga akan melakukan pemanggilan dokter yang melakukan tindakan operasi kepada pelapor, dokter yang menanggung jawab. Serta dokter mata untuk menanyakan keterangan lebih lanjut.

“Untuk pemanggilan kami upayakan secepatnya, karena memang ini dari pihak korban juga kondisinya ya saya lihat tadi agak parah. Matanya udah hampir gak bisa ngeliat, tadi memang kesini juga dibantu, digiring atau dituntun sama keluarga,” jelas Andreas.

Sementara itu, Yulianto mengaku, dia mengaku matanya mengalami kendala tidak jelas saat melihat, hingga keluarganya menyarankan untuk memeriksa ke rumah sakit.

“Periksa pertama kali ke Cokro, dari situ disuruh ambil rujukan, rujukan dari RS Global atau Puskesmas. akhirnya saya pilih ke Global. dari global dikasih surat rujukan baru ke RS Cokro Pindad. Di situ langsung ke poli mata diperiksa langsung divonis katarak saya,” terang Yulianto.

Ia mengaku, saat datang ke rumah sakit itu kembali dokter yang menangani korban menyatakan jika Yulianto benar-benar menderita katarak dan harus dilakukan tindakan operasi. Saat konsultasi, kata Yulianto, dokter menjamin matanya akan sembuh total setelah dilakukan operasi,

“Saya nanya, seberapa persen dok pasca penyembuhan operasi itu, katanya kalau obat tetes pak, cuman bisa meredakan. Cuman kalau penyembuhan katarak itu 100 persen pasca operasi. gak ada 80, 70 gak ada, makanya saya berani,” terangnya.

“Kalau operasi 100 persen bisa lihat pak, ow ya udah saya berani. Ya sudah, habis itu dikasih rujukan. Minggu depan-nya tanggal 16 bulan sembilan 2024 saya operasi. Jam lima sore kalau gak salah, dari tujuh orang saya yang terakhir dioperasi tapi rawat inap,” imbuh Yulianto.

Pasca operasi, ia mengaku penglihatannya tak kunjung membaik justru semakin tidak bisa melihat sama sekali.

“Sebelum berobat saya sudah lihat tapi tidak jelas, cuma itu. Saya berobat katanya katarak, ya sudah. Gak bisa lihat anakku, wajahnya gak lihat. Dulu masih melihat, saya deketin, wajah anakku masih bisa lihat,” jelasnya. (wul/mzm)

 

disclaimer

Pos terkait