Malang, SERU.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang membidik sektor urban farming sebagai sektor yang menjanjikan, sebagai solusi ekonomi masyarakat perkotaan. Hal itu diwujudkan dengan pelatihan Urban Farming yang diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang.
Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin mengungkapkan, urban farming penting untuk menjaga ketahanan pangan dan bernilai ekonomi. Oleh karena itu, pelatihan ini menjadi langkah nyata dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan di perkotaan.

“Di tengah tantangan perkotaan seperti penyempitan lahan dan tingginya jumlah penduduk, urban farming bisa menjadi solusi. Ini bukan hanya untuk pangan, tapi juga sebagai ruang sosial yang saling mendukung antar kelurahan untuk memasarkan produknya,” seru Ali, saat menghadiri pelatihan Urban Farming di Hotel Grand Mercure, Rabu (3/9/2025).
Ali menekankan, setiap kelurahan harus memiliki ciri khas produk urban farming. Dengan demikian, produk yang dihasilkan semakin beranekaragam dan setiap wilayah saling memiliki ketergantungan kebutuhan.
“Misalnya Rampal Celaket dikenal dengan cabai, Pandanwangi dengan kangkung, dan sebagainya. Hasil panen bisa dipamerkan, dibarter, atau dijual untuk menambah pendapatan warga,” ujarnya.
Ali menegaskan, program Urban Farming jangan berhenti di pelatihan saja. Perlu program berkelanjutan berupa monitoring, evaluasi dan pendampingan, agar urban farming benar-benar memberikan manfaat jangka panjang.
“Semoga Malang tidak hanya tangguh dalam ketahanan pangan, tapi juga tetap damai, produktif dan berdaya saing. Program berkelanjutan harus digerakkan semaksimal mungkin sehingga masyarakat Kota Malang merasakan manfaatnya,” tuturnya.
Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan menerangkan, pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari usulan Musrenbang Kelurahan 2024 yang terealisasi pada 2025. Para peserta merupakan warga yang sebelumnya sudah tertarik dan mulai menekuni Urban Farming.
“Tujuannya adalah meningkatkan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan menjadi lahan produktif. Sehingga ketahanan pangan di tingkat keluarga, RT, RW, hingga kelurahan dapat tercapai,” terangnya.
Selain pelatihan, Dispangtan Kota Malang memberikan bantuan berupa satu unit greenhouse berukuran 3×4 meter. Kemudian benih cabai rawit, sawi daging, kangkung, bayam hijau, polybag dan pupuk untuk setiap kelurahan.
“Kami juga menggandeng perguruan tinggi, seperti Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang. Keterlibatan akademisi penting untuk mendukung pengembangan teknologi pertanian modern dan riset inovasi di bidang ini,” jelasnya.
Pemkot Malang mendukung program Urban Farming dengan melibatkan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Hal ini untuk menyerap hasil panen dari kelompok urban farming, sehingga memberi dampak ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat.
“Keterlibatan HIPMI penting untuk pemasaran produk yang lebih luas. Mereka sudah memiliki Urban Farming Mart dan bekerja sama dengan Pemkot Malang,” tandasnya. (bas/mzm)