“Permasalahan yang kami sampaikan yakni yang pertama yang disampaikan oleh anak-anak terkait pembelajaran tatap muka yang harus100% dan yang kedua yakni nasib guru-guru terutama untuk guru-guru GTT yang memang nasibnya belum jelas, sementara kebutuhan guru itu tinggi di sekolah ini,” ungkapnya.
Ditambahkannya, permasalahan yang harus dicarikan solusi secepatnya dan saat ini pembelajaran berada di era digital yang membutuhkan guru-guru muda karena guru-guru yang sudah usia tidak begitu mumpuni dalam bidang digital.
“Saya ingin ini tidak hanya sekedar kunjungan atau hanya sekedar terap aspirasi permasalahan yang ada, namun pertemuan ini betul-betul dijadikan solusi untuk memecahkan permasalahan pendidikan di Indonesia khususnya di kabupaten Jombang sehingga permasalahan tersebut tidak berlarut-larut,” serunya.
“Terkait pembelajaran sendiri di SMP 2 sampai saat ini masih menggunakan sistem shifting dengan itu kita berharap kedepannya harus diberanikan PTM 100%. Sedangkan PTM 100% itu jangan dihubungkan dengan level daerah karena kita harus berpikir optimis progresif bahwa pendidikan itu harus segera normal karena menurut saya anak-anak di sekolah itu bisa lebih tertib lebih teratur dan lebih terawasi daripada mereka berada di lingkungan lain atau di lingkungan rumah. Meskipun kita menggunakan sistem setting dan dalam masa pandemi Covid-19,prestasi di SMP 2 Kabupaten Jombang ini tidak menurun dan tetap stabil,” pungkasnya. (pul/mzm)
Baca juga:
- Cuaca Ekstrem Tak Surutkan Geliat Ekonomi Pariwisata Kota Malang
- Kuatkan Potensi Wisata Lewat Kegiatan Lereng Gunung Kawi X TRI Adventure
- DPR Nilai Perkap Polri Soal Jabatan Polisi Aktif Perjelas Batas, Pengamat Minta MK Beri Tafsir
- Omset Padagang Bunga di Mall Bunga Sidomulyo Jelang Nataru Naik 40 Persen
- Banjir Rendam Denpasar dan Badung, Satu WNA Meninggal dan Puluhan Lainnya Dievakuasi








