Tangkal Hoax, AJI Malang Edukasi Cek Fakta Untuk Media

Kota Malang, SERU – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang menggelar Pelatihan Cek Fakta Serentak di Kedai Kalimetro, Kota Malang, selama 2 hari, Sabtu-Minggu (23-24/11/2019). Pelatihan ini diikuti sekitar 20 jurnalis dari Malang dan daerah sekitarnya.

Secara keseluruhan, Pelatihan Cek Fakta yang didukung Internews dan Google News Initiative ini digelar secara serentak di 23 kota, salah satunya di Kota Malang.

Baca Lainnya

Ketua AJI Malang, Mohammad Zainuddin, mengatakan, pelatihan ini mempelajari berbagai tools Google dan tools yang tersedia di internet yang bisa dipergunakan untuk mengecek kebenaran informasi di dunia maya.

Peserta memperhatikan pemaparan pemateri. (rhd)

“Jurnalis termasuk profesi yang bergelut dengan informasi, termasuk informasi di dunia maya, baik dalam bentuk berita, video, maupun foto. Sebelum menyebarkan informasi ke publik, jurnalis harus memastikan informasi itu tidak hoaks, agar tidak terjadi informasi palsu (hoax) maupun disinformasi (informasi salah),” seru redaktur senior Surya Malang ini, mengawali pelatihan.

Menurutnya, era banjir informasi menjadi tantangan bagi wartawan untuk menyajikan informasi yang valid. Apalagi sekarang banyak informasi hoaks yang tersebar di media sosial, sehingga peran media mainsteam sebagai pelurus informasi.

“Terlebih fake news terjadi sejak 2017 secara global, ketika Pilpres USA. Hingga Indonesia pun mengalami hal sama saat kontestasi politik beberapa waktu lalu. Pun saat ini meski kontestasi politik telah usai, namun buih-buihnya masih ada,” tambah Zainuddin.

Melalui pelatihan ini diharapkan jurnalis dapat menyajikan informasi yang valid dan terlibat untuk memerangi informasi hoaks. “Menyandang profesi maupun individu, jurnalis juga dituntut harus ikut memerangi informasi hoaks. Karena sebagai garda terdepan dalam menyampaikan informasi,” tandasnya.

Materi yang diberikan dalam pelatihan ini meliputi teknik mendeteksi informasi palsu, bagaimana berselancar di dunia digital yang sehat dan aman. Salah satu tujuan kegiatan ini, media mampu memverifikasi informasi yang beredar di dunia digital, khususnya media sosial.

Animo peserta interaksi dengan pemateri. (rhd)

Sementara itu, Ketua Umum AJI, Abdul Manan, mengatakan, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang menggurita dan cepatnya penyebaran informasi di era digital, terutama melalui media sosial. Muatan dari informasi itu beragam, mulai dari informasi yang bermanfaat dan dibutuhkan publik, hingga informasi palsu (hoaks) dan disinformasi atau kabar bohong.

Penyebaran informasi palsu berupa teks, foto hingga video itu memiliki tujuan beragam. Ada yang sekedar untuk lelucon, tapi ada juga yang mengandung kepentingan politik atau ekonomi.

“Yang merisaukan, hoaks ini menyebar sangat mudah dan cepat di sosial media. Tidak sedikit publik yang serta merta mempercayainya karena fanatisme,” kata Manan.

Bukan hanya publik yang mempercayai dan menyebarluaskan informasi palsu tersebut. Terkadang media pun turut mendistribusikannya. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, di antaranya, karena ketidaktahuan, sekadar ingin menyampaikan ‘informasi’ secara cepat, atau sengaja untuk tujuan-tujuan tertentu.

“Mudahnya penyebaran informasi palsu itu dipicu oleh banyak sebab, termasuk karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang apa itu informasi palsu dan bagaimana cara mendeteksinya,” tandasnya. (rhd)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *